Senin, 10 Desember 2018

Tutorial : Mobil Box dari Kardus

Latar belakang membuat mainan kardus mobil box ini karena Mufa tidak minat dengan boneka jadi siapa tahu dia suka mobil-mobilan kayak ibunya dulu.

Sumber gambar : foto pribadi

Bahan dan alat :
♥ Kardus bekas ukuran sedang 1 buah
♥ Kardus bekas ukuran kecil 1 buah
♥ Tutup galon 4 buah
♥ Kardus bekas 1 lembar
♥ Tusuk sate 2 buah
♥ Tali kenur
♥ Kertas warna (saya adanya putih)
♥ Gunting
♥ Lakban bening
♥ Lem (saya pakai UHU)
♥ Karet gelang 4 buah
♥ Spidol atau cat acrylic

Sumber gambar : foto pribadi

Cara membuat :
1. Buka bagian atas/tutup kardus ukuran sedang, lakban tiap pojoknya agar kuat/ tidak menutup ke dalam
2. Lapisi dengan kertas polos warna putih (di lem)
3. Pasang tali kenur pada bagian depan kardus kecil (kardus kecil akan menjadi kepala mobil)
4. Tutup rapih kardus kecil, lapisi dengan kertas polos warna putih (di lem)
5. Tempelkan kardus kecil ke kardus besar pada bagian lebarnya
6. Buat lubang di badan mobil (box/kardus sedang) sejajar di depan kiri kanan dan belakang kiri kanan dengan tusuk sate
7. Rapihkan tutup galon, beri kardus di dalamnya, lubangi bagian tengah
8. Masukkan tusuk sate ke lubang yang telah dibuat di kardus, lalu masukkan tutup galon (sebagai roda)
9. Agar roda tidak lepas, ikat ujung tusuk sate dengan karet gelang
10. Lukis kepala mobil dan hias box mobilnya
11. Mobil box dari kardus bekas siap dimainkan


Selamat mencoba ibu-ibu, berkreasilah senikmat-nikmatnya hehehe....
Tambah nikmat lagi kalo dirusuhi anaknya ya....


Semoga anaknya suka

Jumat, 09 November 2018

TCASH, Hadirmu Wujudkan Mimpiku untuk Bapak Ibu

Masih teringat kala itu mungkin dua atau tiga tahun yang lalu saat saya harus ikut suami merantau. Sedih iya, bahagia iya. Yang pasti ibu selalu mengharu biru. Ah tak apa, toh jaman sekarang banyak cara untuk menawar rasa rindu. Kami bisa berbincang lewat telfon setiap hari. Saat itu masih bisalah saya membelikan pulsa telfon dari jarak jauh untuk mereka.

Setelah saya melahirkan dan harus ikut ke rantau lagi saya terpikir untuk mengajari bapak memakai smartphone agar kelak bisa ber video call dengan cucunya. Tak mudah memang, harus pelan-pelan dan diulang-ulang. Alhamdulillah bapak bisa.

Selanjutnya masalah muncul, bagaimana saya bisa membelikan pulsa data? Sementara bapak pasti bingung kalau harus memaketkan saldo pulsanya ke paket data. Sungguh saat itu saya berharap ada operator yang bisa memfasilitasi pembelian data untuk nomor lain. Tapi ternyata nihil, tidak ada yang bisa. Baiklah, kalau begitu harus pakai cara lain yaitu membeli data ke counter pulsa dengan cara ganti kartu SIM setiap data habis. Untuk hal ini saya juga harus menjelaskan sejelas-jelasnya kepada bapak. Alhamdulillah beliau paham.

Namun tak selang lama cara itu tak bisa dipakai lagi karena ada peraturan untuk registrasi nomor kartu SIM, jadi tidak mungkin untuk gonta-ganti kartu SIM. Cara terakhir adalah minta bantuan sepupu, walau ini tak bisa diandalkan setiap waktu.

Sumber gambar :
 https://pinterest.com/pin/369576713165160224/?source_app=android

Sampai pada akhirnya muncullah aplikasi TCASH. Rasanya seperti menemukan oase, bersyukur sekali. Alhamdulillah mimpiku terkabul. Saya pun langsung download aplikasi TCASH dan menggunakannya untuk membelikan pulsa telpon dan pulsa data untuk bapak. Terimakasih banyak TCASH. Hadirmu memberikan banyak solusi dan manfaat.

 


Awalnya saya download aplikasi TCASH hanya untuk membeli pulsa dan data. Namun tak disangka disuatu malam alarm listrik rumah berbunyi. Ya pulsa token listriknya habis ternyata. Seperti biasa saya beli dengan M-banking, tak disangka lagi ternyata sistem sedang error. Gantian suami yang mencoba dan hasilnya sama juga. Akhirnya saya teringat dengan TCASH yang juga memiliki layanan untuk isi pulsa listrik. Alhamdulillah bisa. Ah terimakasih TCASH.



Rupanya banyak juga merchant-merchant yang didukung oleh aplikasi TCASH ini. Namun saya belum sempat mencobanya. Menarik dan mungkin bisa saya coba kapan-kapan.

Akhirnya sayapun rutin mengisi saldo TCASH tiap bulannya. Selain untuk beli pulsa dan data juga untuk berjaga-jaga jika ada kebutuhan lainnya.

#PakeTCASH #BuatKamu terutama saya tujukan untuk bapak dan ibu di Jogja supaya kami bisa selalu berkomunikasi secara rutin. Karena bagi saya, bapak dan ibu adalah sosok yang paling luar biasa dan inspiratif di hidup saya. Tanpa mereka saya bukan apa-apa. Dari mereka saya belajar banyak hal tentang kehidupan. Dari mereka saya belajar tentang makna silaturahim. Dan kini ketika kami dijauhkan oleh jarak, saya sebagai anak harus bisa mewujudkan makna silaturahim yang telah mereka ajarkan di kehidupan nyata. Diantaranya memberi kabar dan menanyakan kabar mereka sesering mungkin lewat telfon, berkirim foto dan ber video call. Mendengar suara dan melihat wajah sumringah serta senyuman bapak ibu saat video call dengan cucunya rasanya bahagia tak terhingga. Haru bahagia lebih tepatnya. Melihat mereka sehat dan beraktivitas seperti biasa rasanya tenang hati ini.

Jarak tetaplah jarak dengan satuan kilometer. Tapi kini ratusan kilometer itu dapat tertempuh dalam hitungan detik dengan komunikasi melalui smartphone dan aplikasi yang mendukung untuk memberikan yang terbaik bagi orang tercinta sebagai wujud bakti saya kepada mereka. Kini jarak tak pernah memisahkan hati.

Kamis, 01 November 2018

Berkenalan dengan Mom Shaming Yuk

Mom shaming adalah perilaku mengkritik gaya parenting ibu lain dengan terbuka, karena gaya itu berbeda dengan yang kita percayai / biasa lakukan. Akibatnya? Ibu lain akan merasa dipermalukan dan merasa buruk dengan pilihannya sendiri.



Rasanya saya pernah menjadi korban Mom Shaming ini, terutama setelah lahiran. Tapi alhamdullilah tak berlarut lama. Kalau kelamaan konon katanya bisa bikin down dan hilang percaya diri. Memang benar begitu lho.



Siapa pelaku Mom Shaming?
Bisa siapa saja termasuk sesama ibu-ibu, keluarga dan orang terdekat. Menurut saya paling berat menghadapinya kalau pelakunya adalah keluarga dan orang terdekat.


Bagaimana agar tidak menjadi korban Mom Shaming ini?
Yang pasti siapkan benteng pertahanan diri, kuatkan keimanan dan mental, lapangkan hati dan jiwa. Kalau dirasa kondisi diri kita sedang tidak bisa menerima perkataan orang lain ya siapkan telinga yang tebal, jangan masukkan perkataan orang lain ke dalam pikiran dan hati. Seandainya kondisi diri kita sedang stabil maka jangan diterima mentah-mentah perkataan orang lain. Pintar-pintar menyaring mana yang bisa dipakai, mana yang harus dibuang.


Kalau sudah menjadi korban Mom Shaming bagaimana?
Jawabannya adalah jangan larut terlalu lama. Nah, supaya efeknya tidak berlarut lama, pertama terima dulu, lalu fahami kondisi pelaku Mom Shaming dengan segala kemungkinannya, selanjutnya saring perkataannya, lepaskan yang tidak perlu dan jangan ada pikiran untuk membalasnya, maafkan dia. 

Kembalikan dan kuatkan diri bahwa kita diberi amanah seorang anak, pasti kita bisa jadi orang tua terbaik untuk anak kita walaupun tak sempurna dan tak sesempurna orang lain. Karena pola asuh dan perkembangan anak itu berbeda-beda, tidak ada istilah "one size fits all". Yakin bahwa ibulah yang paling mengenal anaknya sendiri. Parenting bisa dipelajari, namun tidak untuk diduplikasi.




Terakhir yang tak kalah pentingnya adalah kita bisa jadi pelaku Mom Shaming juga lho. Padahal kita tak berniat begitu dan sering tak menyadarinya. Waah...maafkan saya jika pernah menyinggung hati ibu-ibu sekalian ya. Sungguh tak ada maksud begitu.

Supaya tidak menjadi pelaku Mom Shaming rasanya perlu introspeksi diri. Sebelum berbicara ke orang lain, coba koreksi apa yang akan kita katakan, ditujukan untuk siapakah, apakah bermanfaat, akankah menyinggung perasaan. Lihat juga kondisi lawan bicara kita, siapkah dia. Terpenting adalah perhatikan cara penyampaian serta susunan kalimat yang akan kita digunakan.



Kurang lebih itulah yang bisa saya ambil dari Kulwap Momistudy yang diadakan oleh Momikologi bulan Oktober kemarin. Dengan narasumber Mom Ega Asnatasia Maharani, M.Psi., Psikolog dengan tema Mom Shaming, "Ketika Pilihan Pribadi Tak di hargai".

Untuk lebih lengkapnya tentang seluk beluk Mom Shaming ini bisa langsung ke blog nya Momikologi atau follow Instagram nya ya.

Kamis, 18 Oktober 2018

#ILoveMyImperfections, Saat Pilihan Menjadi Working Mom Tiba

Bagi saya, pilihan menjadi Working Mom tiba saat lowongan CPNS terbuka lebar. Bagaimana tidak, restu suami, restu orang tua dan restu mertua terkantongi selama itu penempatan di Jogja. Yang artinya juga saat itulah ada kesempatan keluarga kecil kami untuk kembali ke Jogja, dekat dengan orang tua, dekat dengan sanak saudara. Sebagai wujud bakti kami kepada kedua orang tua juga pastinya dan banyak nilai positif lainnya juga untuk si kecil kami terutama bisa mengenal siapa saja saudaranya, mengenalkan makna silaturahim. Mungkin juga jika lolos sebagai CPNS, beberapa mimpi saya akan terwujud, tentu atas kehendak Nya.

Namun, saat itu pula ada kekhawatiran yang saya rasakan jika kelak saya benar-benar diterima yaitu bagaimana dengan pengasuhan anak-anak sehari-hari. Dilema ini selalu menyeruak semenjak saya menjadi seorang ibu. Saya merasa akan kehilangan banyak waktu bersama si kecil, akan banyak milestonenya yang saya lewatkan. Ya karena menjadi seorang PNS berarti waktu kerjanya pasti dari jam sekian sampai jam sekian, tidak fleksibel. Saya tidak akan bisa berada disisi si kecil di waktu aktifnya.

Sumber gambar : https://pinterest.com/pin/507147608036051251/?source_app=android

Belum lagi memikirkan sehari-hari si kecil dengan siapa, rasanya galau-galau sedap. Pengasuhan tidak hanya menjaga si anak saat orang tuanya pergi. Tapi mengasuh itu juga mendidik, menanamkan nilai dan menanamkan karakter. Pengasuhan itu semacam tiang utama bagaimana orang tua ingin membentuk anaknya seperti apa. Mungkin mempercayakan si kecil kepada kakek dan neneknya bisa menjadi pilihan terbaik. Tapi bukankah itu memperberat masa tuanya. Sedih juga rasanya saya, sudah berumahtangga tapi masih juga merepotkan orang tua. Kapan saya bisa berbakti. Mencari pengasuh juga ngeri-ngeri sedap, apalagi jaman sekarang. Saya juga merasa tidak rela anak saya diasuh oleh orang lain yang saya tak paham kepribadian dan pendidikannya. Pilihan lain mungkin daycare. Well itu tadi cuma bayangan kekhawatiran seorang ibu biasa seperti saya.

#ILoveMyImperfections
Nah di saat kesempatan menjadi Working Mom ini terbuka lebar biasanya muncul rasa bersalah dalam diri saya. Bersalah pada suami dan anak. Merasa tak sempurna karena saya tak bekerja. Tapi ketika membayangkan saya diterima bekerja, saya akan sangat merasa bersalah kepada anak.

Mungkin jika diterima, hal pertama yang akan saya lakukan adalah meminta maaf kepada si kecil karena tidak bisa menemaninya seperti dulu. Hal kedua adalah meminta maaf kepada suami karena pasti akan banyak pekerjaan rumah tangga yang menjadi kewajiban saya terbengkalai. Hal ketiga adalah meminta maaf kepada orang tua jika saya menitipkan si kecil kepada mereka. Mellow amat..tapi ini baru kemungkinan kok.

Saat dihadapkan dengan kesempatan menjadi Working Mom saya bisa pusing tujuh keliling. Inilah hal terberat semenjak menjadi ibu, emosi, pikiran dan jiwa rasanya teraduk-aduk. Bukan lagi tentang repotnya memasak, bikin menu MPASI, meng-ASI-hi, harus dirumah menemani anak dan sebagainya, semua ini bisa saya pelajari dan saya yakin bisa. Bukannya saya tidak mau bekerja, toh sebelumnya saya juga pekerja dan tahu suka dukanya menjemput rezeki. Saya hanya memikirkan anak dan tanggungjawab saya tentang anak serta rumah tangga, itu saja.

Sumber gambar :  https://pinterest.com/pin/507147608036051161/?source_app=android

Pada akhirnya saya tidak boleh berlama-lama larut dalam perasaan bersalah dan kekhawatiran ini. Saya harus menerimanya sebagai bentuk mencintai diri sendiri. Menjadi ibu memang tidak akan bisa sempurna, entah Working Mom, Stay at Home Mom, maupun Working at Home Mom. Semua punya perjuangannya masing-masing. Semua punya pengorbanannya masing-masing. Dan saya harus mencintai ketidaksempurnaan saya, #ILoveMyImperfections.

Meluangkan #5MenitAja
Meluangkan sedikit waktu untuk sekedar berdiam diri, menghela nafas, menyerahkan segala ketentuan pada Allah merupakan cara saya untuk menawar rasa bersalah yang muncul karena merasa tidak sempurna menjadi seorang ibu.

Meluangkan #5MenitAja untuk mengingat nikmat Allah yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk membersamai tumbuh kembang si kecil selama ini bisa membuat saya bersyukur dan bersemangat kembali.

Meluangkan waktu untuk membaca cuplikan komik persatuan ibu-ibu di Instagram sudah bisa membuat saya tersenyum lega karena merasa tak sendiri. Membaca artikel seperti tabloid Nova terutama bahasan yang ringan tapi membangun juga bisa menjadi pilihan untuk menepis perasaan negatif yang muncul.

Selanjutnya saya tetap akan ikut tes CPNS seperti sebelum-sebelumnya sebagai wujud ikhtiar saya agar kami sekeluarga bisa pindah ke Jogja. Juga sebagai wujud ikhtiar menjemput rezeki jika kelak kami pindah ke Jogja. Bagi keluarga yang sudah merantau seperti keluarga kami, pilihan untuk kembali ke kampung halaman memang tak mudah. Banyak hal harus dipikirkan dan direncanakan. Bagaimana agar asap dapur tetap mengepul juga tentang masa depan.

Tentang kekhawatiran yang saya rasakan, saya yakin jika Allah sudah berkehendak pasti sepaket dengan solusi dan Allah pasti memampukan. Banyak kok Working Mom diluar sana yang bisa tetap menjalankannya peran sebagai istri dan ibu dengan baik. Allah punya banyak jalan, Allah punya banyak pintu. Allah juga pasti akan menghadirkan banyak hikmah dan kebaikan-kebaikan lain yang lebih indah. Seperti salah seorang teman saya ini, dia luar biasa. Bisa jadi penambah semangat kan.


Sumber gambar : Instagramnya Anggi
Maaf ya Nggik, ijin pake gambarmu disini, inspiring banget, proud of you 👍👍

Sekali lagi saya selalu yakin bahwa Allah adalah sebaik-baik pembuat skenario kehidupan dengan kejutan-kejutan tak terduga. Jika Allah sudah menghendaki, maka itulah yang terbaik. Hanya kepada Nya lah tempat bergantung dan kembali. Sebagai manusia tugas kami adalah berikhtiar dan berdoa. Selanjutnya adalah bersyukur dan bersabar. Allah yang menentukan.


Sabtu, 06 Oktober 2018

Her First Flight

Pilihan naik pesawat untuk ke Jogja atau sebaliknya sebenarnya sudah ada di benak saya. Alasannya adalah karena ada si kecil dan pengalaman menggunakan transportasi darat memakan waktu lebih lama dan benar-benar menguras tenaga saya dan suami. Rasanya butuh waktu seharian untuk memulihkan kondisi badan dan menawar rasa kantuk yang teramat sangat karena harus siaga menjaga si kecil selama di perjalanan.

Sumber gambar : bhttp://pinterest.com/pin/Ad0yek3hOGzwYJN9kd-rwCl2fFt8MMQO9OS-7s_lS3Gej8qBNddCVmM/?source_app=android

Alhamdulillah pulang ke Jogja kali ini diberi kesempatan dan rezeki untuk naik pesawat. Pertimbangannya antara lain karena mendadak serta ada beberapa hal yang harus diurus segera. Sehingga butuh fisik yang prima dan tidak membuang waktu. Setelah cek tiket, saya usul ke suami untuk naik pesawat saja, toh waktu yang suami punya juga sebentar sekali untuk mengurus ini itu, suami harus segera kembali untuk bekerja. Alhamdulillah disetujui. Selisih 100-200 ribu rupiah dari tiket transportasi darat ternyaman rasanya juga tak ada ruginya. Badan tidak capek, waktu perjalanan yang jauh lebih singkat dan si kecil yang nyaman merupakan nikmat tak terhingga.

Layaknya ibu pada umumnya, saya pasti memikirkan banyak hal untuk perjalanan, antara lain :
1. Spare waktu dari rumah ke bandara
Sebenarnya suami yang lebih paham. Kami berangkat dari rumah 3 jam sebelum waktu keberangkatan. Pertimbangannya dari Bekasi ke Bandara Halim Perdanakusuma di hari Sabtu pasti macet. Dan memang benar, lewat tol saat itu macet.


2. Sounding ke si kecil
Karena ini pertama kalinya dia naik pesawat, saya pun harus menceritakan padanya kalau akan naik pesawat.


3. Bekal perjalanan si kecil
Jangan lupa air putih, camilan, roti, pospak, pakaian ganti. Pakai pakaian yang nyaman untuk menyusui atau sedia apron menyusui. Mainan yang disukai si kecil juga dibawa. Kenakan pakaian yang nyaman untuk si kecil. Saya pilih dress lengan panjang bahan katun karena Mufa tipe anak yang keringatnya banyak. Lengan panjang saya pilih sehingga tak perlu pakai jaket lagi.


4. Berapa tas yang akan di bawa
Sebenarnya tidak masalah sih, toh bisa masuk bagasi. Cuma kalau bisa efisien kenapa tidak. Yang pasti saat di pesawat, siapkan satu tas khusus untuk perlengkapan si kecil.


Mufa terlihat senang sekali saat menunggu boarding. Berceloteh tiada henti, tengak tengok kanan kiri dan bertepuk tangan. Alhamdulillah. Dia juga terlihat antusias melihat pesawat yang terparkir dari ruang tunggu.

Saat masuk pesawat, pramugari menanyakan berapa usianya dan sayapun tanya apa yang harus saya lakukan saat take off dan landing? Pramugari meminta saya untuk memeluknya saat take off dan landing nanti. Pramugari juga menanyakan apakah si kecil tetap saya gendong? Ya, posisi Mufa saya gendong pakai baby carrier. Walau begitu pramugari tetap memberikan sabuk tambahan.

Selama perjalanan, Mufa sangat antusias, berceloteh ria, mengetuk-ngetuk jendela pesawat, berdiri di pangkuan dan beberapa kali minta nenen. Yang pasti, sebagai ibu harus paham kondisi anak, tetap tenang, siapkan hati dan strategi jika anak rewel. 

Untuk pemilihan jadwal keberangkatan menurut saya lebih disesuaikan dengan waktu yang kami punya terutama jadwal suami dan harga tiket. Tidak berfokus pada waktu biasanya anak tidur. Karena Mufa tipe nya menyesuaikan lingkungan, jadi kalau lingkungan ramai dan baru, dia akan sulit tidur dan akan tertidur kalau memang sudah ngantuk berat. Rasa penasarannya akan hal baru cukup tinggi. Jadi ya percaya saja padanya dan yakin bismillah semua bisa dikondisikan hehe..


Sumber gambar : Foto pribadi

Perjalanan kurang lebih satu jam pun kami lewati dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Sampai rumah Jogja, malamnya pun kami bisa istirahat. Alhamdulillah, anak nyaman, ibu senang, ayah tenang, esok hari sudah segar kembali.

Selasa, 02 Oktober 2018

#modyarhood : Style Apa Adanya

Modyarhood yang di nanti telah tiba lagi. Kali ini mengangkat tema style before and after motherhood. Hmmm...kalau saya sepertinya tetap apa adanya. Sebelum lanjut, ada baiknya intip dulu blognya mbak Puty dan mbak Okke biar kenal lagi tentang apa itu #modyarhood.


Sumber gambar : pinterest

Kembali ke bahasan utama yaitu style before and after motherhood :
1. Make up
Pada dasarnya saya gak suka dandan jadi ya gak bisa dandan. Jaman kerja baru kenal pakai lipstik, bedak, cream. Ya cuma pakai itu. Dan rasanya muka juga gak mempan pakai make up hehehe...
Lebih nyaman gak pakai make up karena gak ribet dan gak repot pas mau sholat. Saya yang gak paham make up ini juga ngebayangin kalau make up nya ada yang waterproof gimana nanti wudhunya. Setelah punya anak kembali lagi ke asal yaitu gak dandan karena benar-benar gak sempat kalau gak di sempatin. Kalau pergi keluarpun juga paling pol makan di luar sama suami dan belanja bulanan.


2. Skin care
Saya baru kenal skin care juga pas pertama kerja di kebun. Yaitu sun screen, lanjut kenal krim malam dan krim pagi. Tapi gak telaten juga pakainya. Setelah punya anak saya baru berkaca...dan ternyata kusam nya... Dari sinilah saya berburu skin care yang aman untuk busui. Alhamdulillah dapat dan produk lokal pula. Dari sini juga saya jadi tahu step dasar skin care. Semoga bisa istiqomah biar wajah cling seperti Song Hye Kyo dan gak usah make up an lagi hahahaha...


3. Pakaian
Saya penyuka Tunik sebenarnya, tapi selanjutnya saya lebih suka dress panjang. Dari dulu suka yang simpel. Sebelum menikah dan punya anak, bisalah pakai Tunik dengan celana, dress panjang, blouse dengan rok lebar. Jilbab segiempat dan pashmina. Sepatu paling suka flatshoes tapi pakai wedges juga jaman ngantor. Nah setelah punya anak saya menyadari bahwa pakaian itu investasi masa depan. Kenapa? Karena pakaian yang pas badan, tak berkancing depan, tak lebar itu semua tidak terpakai saat hamil dan menyusui. Tapi pakaian yang longgar, ada bukaan depan itulah bentuk investasi pakaian. Selain menghemat uang juga longlast manfaatnya. Saat hamil akhirnya kain-kain yang ada saya jahit menjadi basic dress berkancing depan dengan variasi sesuai motif kain. Basic dress ini bisa dipakai acara formal juga. Daster juga menjadi pakaian favorit setelah punya anak. Untuk jilbab, setelah punya anak saya menghindari yang pakai peniti dan bross. Jadi jilbab instan yang lebar menjadi pilihan saya karena praktis dan bisa jadi apron menyusui.


Sekian kisah style before and after motherhood versi saya yang effortless banget ya hehe...

Sabtu, 15 September 2018

Menjadi Working from Home Mom?

Beberapa kali terpikir oleh saya untuk bekerja kembali dari rumah, memulai lagi Honey Handmade yang hampir dua tahun vakum karena saya hamil dan melahirkan. Rasanya kangen jahit-jahit tas lagi, hunting kain cantik, gambar desain tas dst. Di tambah beberapa customer ada yang menanyakan. Tapi setelah berulang kali saya pikirkan, sepertinya tak semudah sebelum ada Mufa. Benar juga kata orang bahwa anak semakin besar, tantangannya semakin banyak, semakin tidak bisa di-sambi dan harus diawasi karena dia semakin aktif. Beda halnya saat dia masih bayi.

Sumber gambar :  http://pinterest.com/pin/507147608035637209/?source_app=android

Bekerja dari rumah atau biasa disebut Working from Home Mom kian populer saat ini karena dianggap memberikan solusi agar para ibu bisa membersamai anak sekaligus berpenghasilan tanpa harus keluar rumah. Apalagi jaman digital seperti sekarang, banyak pekerjaan bisa di handle dari rumah tanpa haus dandan dan terkena macet di jalan, dasteran pun bisa. Urusan rumah beres, anak terjaga, aktualisasi diri terpenuhi, penghasilan pun didapat. Ideal bukan?

Dream craft room
Sumber gambar :  http://pinterest.com/pin/507147608035638020/?source_app=android

Tapi apakah iya seperti itu? Setelah berulang kali saya pikirkan ternyata saya bukan manusia super yang bisa mengerjakan semuanya sendirian. Honey Handmade juga belum bisa di delegasikan ke orang lain. Pasti ada yang dikorbankan, bisa jadi pekerjaan rumah, anak, suami, maupun diri sendiri. Apalagi jika deadline banyak, sudah terbayang bagaimana uring-uringannya saya. Dampaknya pasti negatif.

Apa yang saya pikirkan itu terjawab di kulwap Momystudy 9 yang diadakan oleh Momikologi bulan ini. Mengusung tema Working from Home Mom dengan narasumber mbak Puty Karina Puar, seorang Working from Home Mom idolaku dengan karya-karya apik-nya yang sangat mewakili kami para ibu.

Sumber : Momikologi

Banyak hal yang bisa diambil manfaatnya dari kulwap ini dan menjadi catatan penting serta menjelaskan secara rinci dari apa yang berputar di benak saya tentang keinginan untuk kembali menjadi Working from Home Mom.

Berdasarkan sharing session dengan mbak Puty, ada beberapa yang perlu diperhatikan untuk menjadi Working from Home Mom, yaitu :
1. Kenali apa yang mau dan mampu kita kerjakan.
Sebelum memutuskan menjadi Working from Home Mom, kita harus memahami usaha apa yang akan kita jalankan dari rumah. Usahakan ini adalah kerjaan yang kita bisa enjoy. Jangan yang tambah bikin stress. (Misal tidak suka masak, eh buka katering).

Mengenali batasan kemampuan diri secara fisik dan emosional jika menjadi Working from Home Mom, ini bisa diukur dari :
  • Usaha yang kita kerjakan dari rumah apakah dikerjakan sendiri atau bisa didelegasikan? Seberapa beratkah pekerjaan itu. 
  • Pekerjaan rumah tangga apakah mampu dikerjakan sendiri atau harus ada ART?
  • Apakah mampu sambil momong anak sekaligus bekerja ataukah perlu bantuan anggota keluarga lain atau ART? Dalam hal ini perlu pemahaman tentang manajemen diri dan waktu sesuai keadaan yang dihadapi.
  • Apakah ada waktu yang cukup untuk suami? Nah ini, kadang untuk suami yang ritme kerjanya tinggi, mereka lebih suka kondisi rumah yang tenang, istri fokus menemani suami saat di rumah, tidak mengerjakan pekerjaan lain. Jadi perlu komunikasi dan manajemen waktu agar tidak tumpang tindih.
2. Bicarakan dengan keluarga terutama suami.
Minta support dan restu karena pasti akan mengurangi kadar perhatian. Ini penting, karena tanpa ridho suami dan supportnya apalah kita para istri. Jelaskan juga usaha yang akan dijalankan dan berapa penghasilannya juga diskusikan apakah bisa berbagi tugas rumah tangga dengan suami. Anggota keluarga lain bisa jadi back up kita momong anak saat deadline melanda. Karena jika suami dan keluarga paham serta ridho insyaAllah ke depannya tidak ada masalah dan perasaan "tak dianggap berpenghasilan" atau dikomentari "seharian dirumah tapi kok amburadul semua". Bisa nyesek kan padahal kita sudah mati-matian mengerjakan ini itu.

3. Atur rutinitas & prioritas (time management)
Menjadi Working from Home Mom memang menuntut disiplin dan fleksibilitas yang tinggi. Berikut tips agar waktu yang ada menjadi efisien baik untuk pekerjaan atau urusan rumah tangga :
  • Pintar-pintar mencuri waktu 
  • Gunakan waktu-waktu yang dicuri dengan tepat
  • Jangan menunda pekerjaan
4. Guilt management
Ini yang sering tidak diperhatikan. Guilt management ini penting sekali dipahami baik sebagai Working from Home Mom, Working Mom maupun Stay at Home Mom. Pasti ada saja rasa bersalah ke anak atau suami. Mungkin juga rasa kecewa karena yang terjadi tidak sesuai rencana. Nah rasa itu perlu diolah agar tidak berdampak menyalahkan diri sendiri. Tips untuk guilt management : Pikirkan apa yang sudah kita kerjakan. Bukan apa yang belum.

5. Financial management
Sebagai Working from Home Mom yang berpenghasilan, berikut yang perlu diperhatikan terkait keuangan :
  • Rekening bisnis dan rumah tangga WAJIB dipisahkan. 
  • Selalu catat pemasukan dari Working from Home Mom kita dengan tertib. Jadi kita tau dalam setahun kita bisa dapat berapa rata-rata sebulannya.
  • Kalau sudah tau rata-rata dapat berapa, bisa dianggarkan berapa jumlah yang akan kita sisihkan untuk uang belanja rumah tangga, berapa untuk kita jajan, dan berapa untuk ditabung.
  • Punya tujuan finansial seperti dana pensiun anak, tabungan haji, investasi, dst.
Tercerahkan bukan? Sekali lagi lihat kondisi pribadi dan keluarga masing-masing serta apa prioritas utama kita sebagai ibu. Dari kulwap ini rasanya saya jadi menemukan keikhlasan yaitu belum waktunya Honey Handmade kembali ke dunia per-craft-an. Mohon maaf ya untuk para customer tercinta. Semoga suatu saat nanti Allah ijinkan lagi untuk eksis.

Kondisi merantau yang jauh dari keluarga, pekerjaan suami yang ritmenya tinggi, dan anak yang sedang aktif-aktifnya rasanya
cukup menjadi alasan saya untuk belum kembali menjadi Working at Home Mom. Memiliki suami dengan ritme kerja tinggi tentunya tidak mungkin bisa berbagi pekerjaan rumah tangga. Jauh dari keluarga juga membuat saya tidak bisa menitipkan anak untuk sekedar menyelesaikan pekerjaan. Pakai ART? Wah kami tak ada anggaran untuk itu, ada kebutuhan lain yang lebih penting. Saya juga tidak terbiasa dengan ART, background keluarga saya juga selalu do it yourself. Jadi prioritas saya sebagai istri dan ibu adalah keluarga. Sederhana ya tampaknya, tapi saya harus terus belajar karena masih banyak kurangnya. Tidak semudah bayangan.

Selengkapnya tentang resume Kulwap Momystudy 9 bisa dibaca di sini ya. Tentang seluk beluk Working from Home Mom dan karya-karya mbk Puty bisa ke blognya told.byputy.

Oya untuk yang mau menjalani peran sebagai Working from Home Mom, siapkan hati yang lapang karena pasti muncul pertanyaan aneh yang kadang bikin kesal dari orang terdekat yang tak paham, tetangga, teman, atau siapapun itu. Semacam :
"Kamu ngapain aja di rumah seharian? Gak bosen?" - pertanyaan dari teman yang wanita karier -

"Tidur ya, kok di rumah terus?" - pertanyaan dari tetangga yang sok tau -

"Kamu gak daftar CPNS ya? Daripada di rumah terus." - pertanyaan dari saudara yang terlihat sukses dunia akhirat -

Dan lain-lain, kayaknya saya malah jadi curhat jaman dulu setelah resign dari kantor dan full di Honey Handmade. Tak banyak yang paham memang, hanya bapak ibu, beberapa saudara dan sahabat.

Jadi apapun pilihannya, ibu tetaplah ibu. Bukan manusia super tapi selalu ingin yang terbaik untuk keluarganya. Hargailah...
 Sumber : 
https://pinterest.com/pin/583919907908973863/?source_app=android

Jumat, 14 September 2018

ASUS, Pilihan Terbaik untuk Produktif

Beberapa hari yang lalu pak suami mengeluhkan notebook ASUS nya yang sudah tidak kompatibel untuk membantu pekerjaannya di kantor, keyboard dan cursor-nya sudah tidak mumpuni serta baterainya yang sudah rusak sehingga harus dilepas dan dicolokkan ke listrik agar bisa menyala. Wajar saja si notebook ASUS yang mungil ini sudah lima tahun lebih menemani suka duka pekerjaan pak suami di sektor transportasi publik. Ya, kini laptop sudah menjadi barang penting untuk menunjang pekerjaan sehari-hari.


Sumber gambar :  http://pinterest.com/pin/790522540813220810/?source_app=android

Sebagai istri, rasanya saya ingin menghibahkan satu-satunya laptop yang saya punya. Tapi apa daya walau bisa dipakai namun layarnya sudah retak, tentunya akan menyulitkan saat dipakai untuk mengerjakan tugas kantor pak suami yang dituntut serba cepat. Bisa tidak fokus nantinya dan menambah beban pekerjaan saja. Laptop saya usianya juga lebih tua, saya beli saat tahun 2010 dari rezeki kerja di luar pulau dulu. Laptop ini juga sudah menemani selama saya bekerja di Lembaga Sertifikasi dan rekap data Honey Handmade. Alhamdulillah, bersyukur sekali.


Notebook lama pak suami
Sumber gambar : foto pribadi

Akhirnya karena desakan kebutuhan untuk pekerjaan, awal bulan ini pak suami harus menyisihkan sebagian gajinya untuk membeli notebook, walau sebenarnya ingin membeli laptop yang lebih mumpuni kinerjanya dengan performa yang bagus. Pekerjaan pak suami sendiri berkisar pada mengolah data, menampilkan data dengan cepat dan presentasi. Tapi setelah mempertimbangkan anggaran dan keperluan, tak apalah membeli notebook mungil lagi, yang penting semua kebutuhan bisa tercukupi. Teriring doa semoga Allah berikan rezeki laptop suatu saat nanti.


ASUS E203NAH
Sumber gambar : asus.com

Notebook ASUS keluaran terbaru akhirnya kembali menjadi pilihan kami dengan pertimbangan brand yang sudah teruji dan harga yang terjangkau. Dikarenakan padatnya aktivitas pekerjaan pak suami, akhirnya kami memutuskan untuk membeli lewat official online store-nya. Agak deg-degan sih, tapi cukup percaya lah kalau beli di official store. Alhamdulillah, notebook ASUS seri terbaru yang mungil dan ekonomis datang dengan selamat.


Notebook baru pak suami
Sumber gambar : foto pribadi

Sebenarnya ada satu seri laptop ASUS yang cukup menarik perhatian saya saat mencoba searching produk notebook untuk pak suami yaitu ASUS X555.

ASUS X555
Sumber gambar : asus.com

Berikut adalah fitur – fitur kekinian yang dapat ditemui pada ASUS X555 :
1. Daya tahan baterai seharian
ASUS X555 ini memiliki baterai dengan jenis Li-Polimer yang memiliki ketahanan baterai sampai dengan 2.5 kali lebih kuat dibandingkan baterai Li-Ion silinder. Bahkan setelah diisi ulang hingga ratusan kali, baterai ini tetap dapat menyimpan sampai 80% dari original kapasitasnya.

2. Teknologi IceCool
Notebook ASUS memiliki design internal yang unik yang dirancang untuk mengatasi masalah terkait panas yang terjadi pada bagian bawah notebook pada umumnya. Teknologi ASUS IceCool menjaga temperatur notebook diantara 28 derajat sampai 35 derajat, hal ini menunjukkan bahwa panas yang dihasilkan lebih rendah dari temperatur yang dihasilkan oleh tubuh manusia, hal ini membuat Anda dapat mengetik lebih nyaman walaupun dalam waktu yang lama.

3. Home entertainment pribadi ASUS X Series didukung oleh Prosesor  Notebook ASUS X555 didukung oleh Prosesor AMD®Quadcore A10 untuk performa yang halus dan responsif. Performa serta didukung dengan grafis yang bagus dan memory controller di bagian dalam yang canggih, membuat X555 ini ideal digunakan untuk kebutuhan komputerisasi Anda sehari-hari atau menonton film dan video. X555 memudahkan Anda dalam menyelesaikan semua pekerjaan tersebut, memberikan Anda performa multifungsi yang Anda butuhkan untuk bekerja atau bermain dengan satu perangkat.

 
Sumber : asus.com 

4. Informasi lebih lanjut terkait ASUS X555 dapat diilihat melalui link terlampir :

Selain yang tersebut di atas ada beberapa fitur yang cukup penting yaitu :




Sumber : asus.com

Adanya fitur ultra fast data transfer dan extensive connectivity option pastinya sangat menunjang pekerjaan pak suami yang dituntut super cepat. Sebagai blogger pemula saya juga tertarik karena fiturnya mumpuni sekali untuk memenuhi kebutuhan para blogger. Rasanya pas sekali jika punya laptop ASUS X555 ini.

Untuk yang tak selalu bisa meluangkan waktu pergi ke toko offline seperti saya dan pak suami, jangan khawatir karena “ASUS X555 juga dijual di Tokopedia https://www.tokopedia.com/asus?source=universe&st=product “ . Mudah bukan untuk membelinya, tak perlu repot-repot melalui kemacetan di jalan, hemat waktu juga.

Terimakasih ASUS yang selalu menjadi pilihan untuk menemani hari-hari produktif kami.

Sabtu, 08 September 2018

Basic Dress, Sederhana Menuju Syar'i

Alangkah bersyukurnya hidup di jaman sekarang. Allah mudahkan para muslimah untuk bisa bebas berpakaian menutup aurat sesuai dengan ajaran agama Islam atau biasa disebut berpakaian syar'i. Berbeda dengan puluhan tahun silam dimana untuk sekedar berkerudung saja harus sembunyi-sembunyi. Memang setiap jaman punya tantangannya masing-masing.


Sumber gambar :   https://pinterest.com/pin/628533691718036592/?source_app=android

Setelah mengalami perjalanan panjang di tiap jamannya, kini jenis pakaian longgar, panjang, dan menutup aurat sudah lazim bagi masyarakat Indonesia. Didukung pula oleh banyaknya artis yang hijrah dan mendalami agama maka berpakaian syar'i mengalami perkembangan pesat di kalangan masyarakat muslim, khususnya muslimah. Tentunya hal ini memberikan dampak yang positif.

Seiring dengan tingginya minat masyarakat muslim untuk berpakaian syar'i, maka semakin banyak pula produsen dan brand pakaian syar'i bermunculan. Tak bisa dipungkiri beragam modelpun mudah ditemui dari yang sederhana hingga yang mewah, dari harga ratusan hingga jutaan rupiah. Semua sah-sah saja karena tiap produsen/brand punya perhitungan harga masing-masing dan konsumen juga punya kebutuhan serta kemampuan daya belinya masing-masing. Yang harus diperhatikan adalah ingatkah kita bahwa salah satu kriteria berpakaian dalam Islam adalah "sederhanakan pakaianmu".

Bagi saya pribadi, sederhana bisa dilihat dari sudut pandang tujuan, harga dan model, yaitu :
1. Tujuan dalam hal ini adalah tujuan dari membeli, apakah karena kebutuhan atau sekedar keinginan mengikuti trend? Bagi saya sederhana berarti membeli karena kebutuhan.

2. Harga, apakah pakaian syar'i yang dibeli sesuai dengan anggaran keuangan kita. Jangan sampai karena membeli pakaian syar'i dengan harga selangit, kebutuhan pokok jadi terabaikan.

3. Model, hal ini tidak sama untuk masing-masing orang, tergantung selera dan kepribadiannya. Saya sendiri lebih suka yang sederhana, tidak ribet dan nyaman di badan.

Berdasarkan pengalaman pribadi setelah merasakan hamil dan punya anak, saya jatuh cinta dengan basic dress. Kenapa? Karena basic dress ini bisa dipakai dari jaman belum menikah, hamil, hingga punya anak. Long last model banget kan dan tentunya tidak bertentangan dengan kriteria syar'i karena modelnya yang longgar di badan. Menurut saya inilah letak kesederhanaan basic dress.


Contoh basic dress
Sumber gambar :   https://pinterest.com/pin/780319072911102851/?source_app=android

Basic dress sendiri biasanya memiliki kancing atau Zipper di bagian depan sehingga memudahkan untuk menyusui. Antara dada dan perut ada sambungannya dan dibuat rempel atau kerut sehingga longgar dan muat dipakai saat hamil. Basic dress dengan kain yang sifatnya jatuh memberikan kesan tinggi bagi pemakainya. Untuk saya yang berbadan kurus rasa-rasanya menjadi tampak berisi. Untuk yang gemuk pun tak memberikan kesan gemuk. Bagian bawah yang lebar tapi tak selebar model payung memudahkan untuk beraktivitas dan bergerak serta aman untuk berkendara.

Basic dress bisa dipakai untuk acara formal maupun informal. Untuk acara formal tinggal tambahkan outer atau cape dan jilbab yang sesuai, maka akan terkesan elegan. Untuk acara informal atau santai juga nyaman, berasa pakai daster. Bagi saya ini praktis sekali. Satu model bisa dipakai untuk beragam acara dan keperluan. Berikut contoh sketsa buatan saya untuk basic dress dengan outer.


Sketsa basic dress dipadupadankan dengan outer
Sumber gambar : koleksi pribadi

Begitu nyamannya basic dress ini menyebabkan setiap produsen/brand pakaian syar'i juga mengeluarkan produk basic dress nya masing-masing. Tentunya tidak sama antara produsen/brand yang satu dengan yang lain, pasti ada perbedaannya entah dari segi kain maupun jahitan.

Nah ada yang membuat saya penasaran, yaitu brand baru di dunia pakaian syar'i yang akan launching beberapa hari lagi, Ava.lable namanya. Baru bisa intip-intip dari akun Instagramnya. Menarik karena mengusung tema simply and gorgeus. Ini sedikit bocorannya, saya screenshoot dari postingan Instagramnya.


Sumber gambar : instagram @ava.lable



Sumber gambar : Instagram @ava.lable


Menarik bukan? Apalagi ada keterangan wudhu friendly, nursing friendly, invisible pocket, dan bahan kainnya juga jenis yang adem. Cocok sekali untuk ibu-ibu yang anaknya aktif maupun muslimah yang padat kegiatan.  Jadi yuk follow Instagram Ava.lable dan atur pengingatnya supaya tidak ketinggalan launching produknya.

Dengan semakin tingginya minat masyarakat muslim untuk berpakaian syar'i dan semakin banyaknya produsen/ brand pakaian syar'i membuat kita bersyukur atas nikmat Allah ini. Semoga selanjutnya akan memudahkan #journeytosyari yang sesungguhnya. Tak hanya dari segi berpakaian tapi juga hati, jiwa, dan pemahaman tentang Islam secara menyeluruh bisa terwujud.

Rabu, 05 September 2018

Apakah Seorang Ibu Perlu Menulis?

Tulisan ini terinspirasi dari materi pertama kelas menulis online Nulisyuk batch 12 yang diselenggarakan oleh komunitas Nulisyuk . Salah satu pertanyaan yang dilontarkan oleh pemateri adalah "Kenapa seorang ibu sebaiknya menulis?". Beragam jawaban pun muncul dari para peserta.


Sumber gambar : 
http://pinterest.com/pin/417638565426954557/?source_app=android

Menulis merupakan hal yang terkesan berat saat masih di bangku sekolah  karena harus sesuai dengan SPOK, ada minimal jumlah kata, urutan paragraf, pokok pikiran dan sebagainya agar mendapat nilai bagus.

Kini, menulis memiliki beragam makna, definisi, dan tingkatan. Tergantung dari sudut pandang, kebutuhan, tujuan dan kondisi penulis. Mari menilik sebentar arti kata menulis versi KBBI.


Sumber : https://kbbi.web.id/tulis.html

Saat ini media untuk menulis lebih beragam, tidak hanya di kertas tapi di media sosial dan pembacanya pun tak terbatas. Tingkatan menulis yang paling sederhana, paling mudah dan bisa dilakukan kapan saja adalah menulis status di media sosial. Tujuannya antara lain sekedar mengabarkan aktivitas, berbagi kegiatan yang diikuti, atau sekedar mengeluarkan uneg-uneg. Lebih tinggi lagi adalah menulis untuk sharing pengalaman, menulis di blog, sampai menulis buku yang bisa menghasilkan pendapatan. Gagasan dan pendapat pun juga bisa disampaikan lewat tulisan. Ada sesuatu yang dibagi dari menulis hal positif yang bermanfaat bagi pembaca sehingga memunculkan kebahagiaan tersendiri bagi penulis.

Menulis dilihat dari sudut pandang seorang ibu.

Berbicara tentang seorang ibu, ada beberapa kategori yaitu Working Mom, Stay at Home Mom, dan Working From Home Mom. Semua sama perannya sebagai ibu, hanya kondisi dan tantangannya yang berbeda. Semuanya juga sama-sama butuh aktualisasi diri.

Nah, seberapa penting aktualisasi diri bagi seorang ibu? Mari kita lihat makna aktualisasi diri.



Orang yang telah mencapai aktualisasi diri mampu membangun dan menjaga hubungan lebih  baik serta memiliki empati lebih besar. Ketika seorang perempuan merasa bahagia karena mencapai aktualisasi diri, otomatis kebahagiaan itu juga akan menyebar ke orang-orang terdekat. Lebih lengkapnya bisa baca disini.

Pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri bisa beragam caranya tergantung masing-masing pribadi. Menulis bisa menjadi salah satunya. Seorang ibu yang mampu menulis hingga terpenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya akan merasa bahagia dan jiwanya dipenuhi  oleh cinta. Energi itulah yang diperlukan seorang ibu untuk menjalani hari-harinya dengan banyak peran yang diemban. Uniknya, tulisan seorang ibu itu biasanya penuh makna dan bermanfaat bagi ibu-ibu lainnya (tentunya untuk tulisan yang positif ya). Sebagai contoh adalah tentang perkembangan buah hati, tips mendidik anak, menu MPASI, dan banyak pengalaman lain yang mereka bagi di media sosial.

Sebenarnya alasan awal saya mencoba menulis adalah karena saya belum bisa berkarya kembali sebagai crafter. Bagi saya pribadi, menulis adalah cara paling sederhana untuk berkarya, sesederhana apapun tulisan itu. Menulis bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. 


Sumber :  http://pinterest.com/pin/AVanD6qsREBkNPO7dyZlzFPO6sY3CjfzRXjBZ_7to1-g0dFrgLUAXLQ/?source_app=android

Dari menulis saya banyak belajar bahwa menulis adalah sebuah proses pembelajaran tiada henti. Bagaimana mengolah informasi yang diterima dan peristiwa yang  dialami hingga bisa terasa manfaatnya dan layak dibagi. Tak mudah tapi layak dicoba. Menulis juga merupakan salah satu cara untuk menjaga agar pikiran tetap hidup, menambah wawasan dan pengetahuan karena otomatis tertuntut untuk mencari tahu serta membaca apa saja dan darimana saja baik berupa buku, artikel, kejadian, maupun lingkungan. Lebih jauh, menulis bisa menjadi self healing atau terapi penyembuhan diri (bisa baca disini).


Sumber :  http://pinterest.com/pin/403353710352871038/?source_app=android

Ternyata seru ya belajar menulis. Hal yang paling terasa adalah bahagia. Bahagia bisa menyalurkan pikiran, bahagia ketika ada timbal balik dari pembaca, dan bahagia ketika tulisan itu bermanfaat bagi banyak orang.

Mengikuti kelas menulis online banyak sekali manfaatnya. Yaitu bisa bertemu dengan ibu-ibu yang punya semangat berkarya lewat tulisan, bertemu dengan penulis yang sudah berpengalaman dan membuka pintu untuk bertemu dengan banyak karya bermanfaat yang sudah mereka tuliskan. Saya merasa bukan apa-apa, tapi dari situlah saya bisa belajar banyak dan terlecut semangatnya untuk belajar menulis.



Jumat, 24 Agustus 2018

The Power of "Melepas"

Sumber gambar :  https://pinterest.com/pin/481181541431326249/?source_app=android

"The Power of Melepas", dari judul sepertinya ini akan membahas tentang merelakan seseorang yang istimewa namun tak mungkin bersama.

Tapi bukan itu, disini saya akan sedikit berbagi tentang pengalaman saya mengikuti kuliah WhatsApp Momistudy #8 yang diadakan oleh Momikologi beberapa waktu lalu dengan judul Emphatic Love : Menerima dan Mencintai Diri Sendiri.



Momikologi merupakan online support system yang fokus mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan diri wanita, terutama istri, ibu, dan calon ibu. Selengkapnya tentang Momikologi bisa dibaca di sini ya.

Berikut sedikit gambaran tentang bagaimana keseharian seorang ibu yang hampir semua ibu pasti mengalaminya.

     

Sumber : diambil dari 
https://www.instagram.com/p/BmLu5PSBTH1/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=19wjvgn4nthf7

Namun ada tapinya,

 

Sumber : diambil dari
https://www.instagram.com/p/BmLu5PSBTH1/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=19wjvgn4nthf7

Kalau sudah begitu ujungnya menyesal bukan?

Peran ibu memang banyak dan tak mudah. Melayani suami, melayani anak, mengurus seisi rumah, dan mencukupi kebutuhan dirinya sendiri, belum lagi untuk ibu yang bekerja di luar. Hal itu kadang membuat bingung, mana yang harus lebih dulu dikerjakan. Tak bisa dipungkiri, dalam perjalanannya bisa memunculkan emosi negatif. Karena itu, butuh manajemen waktu, manajemen diri dan manajemen emosi yang baik. Untuk mencapainya perlu proses.

Sumber gambar : 
https://www.instagram.com/p/Bj9K0OJn9Fh/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1lcva9bc2xbec

Lalu apa kaitannya dengan "melepas"?

Masalah internal yang sering di hadapi seorang ibu adalah emosi negatif yang dampaknya bisa menjadi besar kalau tidak tertangani. Pertama, seorang ibu harus bisa menyadari kehadiran emosi negatif. Kedua, dikenali penyebabnya. Ketiga, diselesaikan jangan sampai terlampiaskan ke anak atau lingkungan.

Emosi negatif bisa hadir kapanpun. Penyebabnya macam-macam antara lain keinginan menjadi ibu yang sempurna, lelah, adanya inner child negatif yang belum selesai, tidak ada penyaluran emosi, ekspektasi yang tinggi terhadap suami, suami tidak kooperatif, kecewa karena kenyataan tak sesuai harapan, dll.

Sekiranya emosi negatif itu hadir maka tarik nafas panjang, terima dan rasakan emosi itu jangan di tolak karena semua rasa (positif dan negatif) itu ingin dirasakan, begitu penjelasan Mom Admila selaku narasumber. Selanjutnya adalah mengontrol rasa agar pikiran dan perilaku juga terkontrol. Rasakan sampai diri ini menerima adanya emosi negatif itu dalam diri. Setelah dirasa cukup, kemudian lepaskan. Nah disinilah kuncinya, yaitu melepaskan rasa. Hal ini tidak selalu mudah dan perlu dilatih berulang-ulang. Sampai suatu saat akan mencapai titik ikhlas. Titik penerimaan diri yang membuat nyaman.

Jadi, sebagai seorang ibu harus bisa menyelesaikan masalah internal dalam dirinya dulu sebagai bentuk mengenali diri, menerimanya dan kemudian tahap selanjutnya bisa mencintai dirinya sendiri. Kalau sudah begitu, seorang ibu akan bahagia dan menjalani hari dengan penuh cinta. Dan itulah "emphatic love". Akhirnya jika seorang ibu merasakan hidup penuh cinta maka orang sekitarnya pun turut merasakan cinta. Berjuta-juta kebaikanpun akan hadir.

Mungkin bahasa sederhananya adalah  "semeleh" kalau orang Jawa bilang, atau tidak "kemrungsung". Berencana boleh dan harus, tapi juga diimbangi dengan memikirkan resiko terburuknya, sehingga tidak ada rasa kecewa yang bisa menimbulkan emosi negatif jika tak sesuai harapan.

Selain hal diatas ada pembahasan lain di kulwap Momistudy #8 terutama pada sesi diskusi. Selengkapnya bisa baca resumenya di sini.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Terutama untuk saya pribadi. Terimakasih Momikologi untuk kulwapnya, saya merasa tercerahkan, tinggal prakteknya, semoga Allah mudahkan. Begitu juga untuk semua ibu, semoga selalu bahagia, karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. 











Rutin Mencatat Pengeluaran yuk

Dalam pengelolaan keuangan ada hal paling sederhan tapi kadang tidak dilakukan karena tidak sempat atau terlalu ribet atau malas yaitu menc...