Minggu, 22 April 2018

#modyarhood : Nak..., Kamu Selalu dan Pasti Ngangenin

Hai..ikut #modyarhood nya mbk byputy dan mbk mamamolilo lagi. Tema bulan April ini tentang momen ibu dan anak yang bikin kangen.


Dibandingkan dengan ibu-ibu yang anaknya lebih dari satu atau anaknya sudah beranjak besar, saya belum apa-apa. Saya masih newbie, anak baru satu yang sebentar lagi berumur 10 bulan. Itupun rasanya sudah ngangenin hihi...

Bisa mengikuti perkembangan Mufa setiap hari itu bersyukur sekali rasanya. Kalau ditarik ke belakang, banyak sekali momen yang ngangenin bersama Mufa, diantaranya :

1. Momen saat IMD
Untuk pertama kali memeluknya...melihat wajahnya...tatapan matanya...senyum di bibirnya.. ekspresinya. MasyaAllah, betapa besar kuasa Allah. Perasaan bahagia yang sesungguhnya, cinta yang sudah dirasa sebelum bertemu ternyata begini sosoknya.

2. Momen saat pertama kali Mufa bisa direct breastfeeding (menyusui langsung). 
Yap, Mufa baru bisa direct breastfeeding saat usianya 2 bulan, kenapa? Alhamdulillah ASI saya langsung keluar dan melimpah, hanya saja si anak butuh beradaptasi dengan bentuk puting saya. Saat itu..dramanya banyak, dari komentar yang membangun sampai yang sekedar memandang sebelah mata, trus kekhawatiran dari saya sendiri yang membayangkan apakah sampai 2 tahun saya harus mompa.. berat rasanya, juga ada perasaan botol susu lebih laku daripada ibunya (sedih dan merasa gak berarti banget). 
Disyukuri saja, Alhamdulillah pernah merasakan bagian dari tim pumping di dua bulan pertama kehidupannya, dan Alhamdulillah dari lahir sampai sekarang Mufa masih full ASI. Bahagia dan berharga rasanya saat pertama kali Mufa bisa direct breastfeeding.

3. Momen saat masih pakai popok kain.
Kangen serunya hehe...habis ganti popok eh si anak tiba-tiba pipis, eh tiba-tiba pup. Trus kejar-kejaran sama matahari nyucinya. Saya mulai full memakaikan pospak saat Mufa sudah mulai aktif, kira-kira usia 4 bulan.

4. Momen saat masih anteng digendong.
Sekarang Mufa sudah bisa bergerak kemana-mana dan sudah punya keinginan, kalau digendong ya...gak semudah dulu hihi... Jadi kangen saat Mufa masih anteng digendong, puas menatapnya, puas memeluknya. Sebenarnya yang paling kangen tentang ini sih ayahnya, kalau sama ibunya, si anak masih nemplok terus.

Hmm apalagi ya..? Kalau masalah tidur Alhamdulillah masih sama dan masih terbilang gampang, yang beda adalah posisinya, kalau dulu anteng, sekarang sudah berputar kemana-mana.

Intinya.... Alhamdulillah saya masih bisa menemani si anak, kebayang kan kalau dia sudah beranjak besar nanti, saat dia sudah mandiri, saat dia sudah tidak sepenuhnya bergantung pada kita lagi....pasti kangen banget masa-masa sekarang. Masa dimana dia mudah tertawa dengan hal sederhana, masa dimana dia suka nguyel-uyel, masa dimana harus berjibaku dengannya saat mau mandi, masa dimana dia susah banget dipakein pospak, dsb. Jadi nikmatilah waktu selagi masih bisa bersama anak-anak, menemaninya, mengawal pertumbuhannya, mendidiknya dengan sepenuh cinta.

Gambar diambil dari Instagram @momisdrawing , silahkan ditengok...momen ibu dan anak banget ilustrasinya.





Sabtu, 21 April 2018

Rutin Mencatat Pengeluaran yuk

Dalam pengelolaan keuangan ada hal paling sederhan tapi kadang tidak dilakukan karena tidak sempat atau terlalu ribet atau malas yaitu mencatat pengeluaran harian. Padahal ini penting lho.

Sumber gambar : pinterest


Memangnya seberapa penting mencatat pengeluaran setiap hari?

Bagi saya pribadi cukup penting apalagi sekarang sudah berkeluarga. Dengan mencatat pemasukan dan pengeluaran per hari kemudian di akhir bulan dibuat laporan keuangannya, bisa diketahui berapa banyak kebutuhan belanja untuk tiap item per bulannya atau mungkin per minggunya. Sebagai contoh berapa kilogram kebutuhan beras, gula, terigu dsb per bulan sehingga lebih terencana mana kebutuhan yang bisa di beli sekalian untuk sebulan, mana yang mingguan dan mana yang harian. Hal ini berkaitan juga dengan jenis barangnya, tahan lama atau tidak.
Selanjutnya dari laporan keuangan bisa diketahui pengeluaran terbesar ada di mana, apakah ada yang perlu diperbaiki atau tidak ke depannya. Terpenting adalah bisa menjadi alat kontrol agar tidak asal membeli atau membeli diluar kebutuhan. Bagi ibu rumah tangga, godaan terbesar adalah diskon atau beli dua gratis satu hehe... hati-hati ini bisa membuat pengeluaran membengkak walaupun bulan depan masih bisa dipakai juga.

Nah selanjutnya kalau sudah tahu kebutuhan belanja per bulan, tinggal lapor ke pak suami apakah uang bulanan cukup atau tidak. Pada akhirnya akan mempermudah perencanaan keuangan rumah tangga lainnya.

Bagaimana caranya?

Saat awal menikah, saya biasanya mencatat pemasukan dan pengeluaran di buku tiap hari, struk belanja saya simpan rapi sesuai urutan tanggal. Di akhir minggu saya pindah ke Excel dan dibikin formula nya persis jaman saya kerja di Lembaga Sertifikasi dulu. Rajin amat ya...hehe. Di akhir bulan saya buat laporan sederhananya.

Supaya lebih simpel biasanya saya bagi per pos jadi tidak detail sekali. Sebagai contoh : belanja dapur, belanja umum (sampo, sabun, Pampers, dst), listrik, transportasi (Go-Jek dst), lain-lain.

Kalau sekarang tinggal download aplikasi pencatat keuangan di playstore,  tinggal pilih yang sesuai. Lebih praktis dan otomatis ketahuan mana pengeluaran yang paling besar juga laporan keuangan langsung bisa tertampil tanpa kita pusing menghitung.

Perlukah mencatat pengeluaran per hari bagi yang masih single?

Menurut saya penting juga lho karena lebih banyak godaannya dan belum merasakan kebutuhan yang banyaknya berjibun. Selain mencatat pengeluaran setiap hari sebagai alat kontrol, sebaiknya juga rajin-rajinlah berinvestasi dan menabung untuk masa depan, ya paling tidak ada tujuan dari penghasilan yang kita peroleh, kalau kata orang Jawa "cementhel". Jangan sampai lah gaji menguap tanpa bekas yang berarti, sayang banget.

Tentang "cementhel" ini tergantung pribadi masing-masing, besarnya penghasilan dan situasi kondisi. Mungkin ada yang punya target untuk Travelling, beli rumah, beli mobil, tabungan menikah dst. Jangan lupa target ibadah yaitu haji dan umroh, sisihkan walau sedikit tiap bulannya, insyaAllah dimudahkan oleh Allah. Bisa ditabung di tabungan khusus haji sehingga tidak bisa diambil untuk keperluan lain.

Memang benar kata orang bahwa saat masih single itu saatnya menikmati, tapi jangan lupa masa depan saat sudah berkeluarga nanti, jangan sampai dipusingkan oleh sesuatu yang sebenarnya bisa disiapkan saat masih single.

Oya ada lagi, jangan lupa zakat dan sedekahnya. Semoga tulisan ini bermanfaat dan sebagai pengingat bagi saya pribadi.

Kamis, 12 April 2018

Ke Puskesmas? Kenapa tidak

Apa yang ada di benak saya ketika mendengar kata Puskesmas?
Jujur males ih kesana, antrinya lama, nakes nya judes, tempatnya gak oke.
Itu pengalaman saya dulu ketika ada perlu  ke Puskesmas di daerah domisili saya, seperti nyari surat keterangan sehat buat daftar CPNS, suntik TT sebelum nikah, atau sekedar periksa karena sakit flu dan pernah juga nyoba scaling. Hasilnya...kurang puas.

Tapi setelah Mufa lahir, pandangan saya tentang Puskesmas berubah. Qadarullah  ada kejadian yang membuat saya memilih Puskesmas untuk imunisasi. Setelah tanya ke beberapa teman yang sudah berpengalaman, ketemulah Puskesmas di wilayah kotamadya Yogyakarta yang juga dekat dengan rumah walaupun beda wilayah administrasi. Alhamdulillahnya sudah akreditasi. Dan ternyata bisa antar wilayah gak harus sesuai domisili dan KTP (ini saya baru tahu).

Sebenarnya dulu jaman saya masih bayi dan tinggal di Pugeran (masuk kotamadya), ibu selalu bawa saya untuk imunisasi dsb ke Puskesmas ini, tapi dulu masih se wilayah sih. Dan jaman dulu juga pilihan fasilitas kesehatan beda dengan jaman sekarang. Menyenangkan atau enggaknya ibu yang tahu hehe...tapi saya masih ingat, saya dulu cuma mau diperiksa sama pak mantri di Puskesmas itu.

Pengalaman pertama ke Puskesmas
Sebagai ibu baru...bawaannya se tas penuh dong kayak mau nginep dimana gitu, bayangannya...bakal lama nih antrinya dan takut anak gak nyaman. Kenyataan nya pas tiba..kaget sih saya...oke juga nih Puskesmas nya dari segi fasilitas dan pelayanan.

Nomor antrian nya tinggal pencet tombol sesuai kebutuhan kita mau ke poli apa. Selanjutnya nunggu di panggil di ruang tunggu yang ber AC dengan tempat duduk yang banyak. Jangan lupa bawa identitas karena disini akan dibuatkan kartu periksa dan rekam medisnya. Oya ditanya juga pakai BPJS atau umum. Saya sih pakai umum, bayarnya g nyampe sepuluh ribu kok. Selanjutnya menuju poli yang dituju.

Di bagian imunisasi, bidan dan perawat nya ramah-ramah lho, saya suka. Jumlahnya juga mencukupi. Buku KMS dikumpulkan lalu ditanya umur berapa, dijelaskan juga imunisasi nya jenis ini, ditimbang berat badan, untuk umur tertentu diukur panjang badan dan lingkar kepala. Selanjutnya ditanya apakah bayi dalam kondisi sehat, tidak demam dan rewel?, ditanya juga apakah masih ASI ekslusif? Diingatkan juga untuk ASI eksklusif sampai umur 6 bulan.
Setelah itu nunggu dipanggil masuk ruangan untuk di suntik. Ruangannya juga mendukung. Setelah disuntik, bidan memberi saran tentang efek setelah di imunisasi dan apa yang perlu dilakukan juga mengingatkan kapan imunisasi selanjutnya.

Fasilitas di Puskesmas ini mendukung banget buat yang bawa bayi lho, ruang tunggu ber AC, ada ruang laktasi (ini penting banget), ada arena permainan anak, pengambilan obat juga gak lama. Dan gratis untuk imunisasi (ini yang saya juga suka, secara kalo di klinik atau RS bisa jutaan kan). Pemanggilan antrian juga gak campur aduk antara bagian pendaftaran, poli dan apotik.

Kurang lebih itu pengalaman menyenangkan saya mengunjungi Puskesmas. Oya ada lagi, bisa ketemu sesama ibu-ibu yang rasanya sejajar, lebih membumi dengan obrolan yang menyenangkan.

Setelah pindah Bekasi
Saya dan Mufa pindah ke Bekasi saat Mufa umur 7 bulan, jadi imunisasi selanjutnya adalah saat dia umur 9 bulan. Berdasarkan pengalaman menyenangkan di Puskemas, saya dan suami memutuskan untuk imunisasi Mufa di Puskesmas saja.

Mulailah kami searching Puskesmas. Ternyata untuk Puskesmas yang terakreditasi di Bekasi jauh dari rumah kami, jadi terpaksa kami coret dari list. Setelah searching di google, lanjut survei lokasi pas suami libur. Ada beberapa pilihan Puskesmas terdekat, tapi akhirnya kami memilih Puskesmas di kecamatan sesuai domisili kami karena sepenglihatan kami itulah yang paling oke.

Selanjutnya saya coba telpon beberapa kali untuk tanya kapan jadwal pelayanan imunisasi tapi tidak pernah diangkat. Akhirnya ya harus datang ke sana. Pas disana liat Puskesmas nya..hmm lumayan oke, ruang tunggu ber AC, ada ruang laktasi dan ada tempat bermain anak walau kecil. Dan ternyata jadwalnya bukan hari itu.

Saya dan Mufa datang lagi ke Puskesmas saat jadwal pelayanan imunisasi. Kami berangkat dari rumah jam 08.00, pulang sampai rumah lagi jam 09.30. Termasuk tidak lama karena pasien nya juga gak banyak, mungkin orang sini banyak yang ke RS ya karena rata-rata ibunya pekerja. Kesannya...masih lebih bagus yang di Jogja hihi...tapi saya sudah cukup puas, bintang 4 lah. Gak perlu saya ceritakan bedanya ya hehe...

Tips ke Puskesmas
Berdasarkan pengalaman saya, mungkin agar tidak kecewa dengan pelayanan di Puskesmas tipsnya adalah cari Puskesmas yang sudah ter akreditasi.
Tips apaan ini ya? Yah memang begitu kenyataannya, tapi coba ke Puskesmas terdekat dulu juga gapapa lho hehe.

Memang belum semua Puskesmas terakreditasi baik sih (gak paham saya akreditasi Puskesmas), tapi saya rasa saat ini semua Puskesmas sedang memperbaiki diri. Harapannya semoga ke depan Puskesmas bisa benar-benar menjadi Pusat Kesehatan Masyarakat yang ramah  dengan pelayanan yang memuaskan.

Rutin Mencatat Pengeluaran yuk

Dalam pengelolaan keuangan ada hal paling sederhan tapi kadang tidak dilakukan karena tidak sempat atau terlalu ribet atau malas yaitu menc...