Jumat, 24 Agustus 2018

The Power of "Melepas"

Sumber gambar :  https://pinterest.com/pin/481181541431326249/?source_app=android

"The Power of Melepas", dari judul sepertinya ini akan membahas tentang merelakan seseorang yang istimewa namun tak mungkin bersama.

Tapi bukan itu, disini saya akan sedikit berbagi tentang pengalaman saya mengikuti kuliah WhatsApp Momistudy #8 yang diadakan oleh Momikologi beberapa waktu lalu dengan judul Emphatic Love : Menerima dan Mencintai Diri Sendiri.



Momikologi merupakan online support system yang fokus mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan diri wanita, terutama istri, ibu, dan calon ibu. Selengkapnya tentang Momikologi bisa dibaca di sini ya.

Berikut sedikit gambaran tentang bagaimana keseharian seorang ibu yang hampir semua ibu pasti mengalaminya.

     

Sumber : diambil dari 
https://www.instagram.com/p/BmLu5PSBTH1/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=19wjvgn4nthf7

Namun ada tapinya,

 

Sumber : diambil dari
https://www.instagram.com/p/BmLu5PSBTH1/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=19wjvgn4nthf7

Kalau sudah begitu ujungnya menyesal bukan?

Peran ibu memang banyak dan tak mudah. Melayani suami, melayani anak, mengurus seisi rumah, dan mencukupi kebutuhan dirinya sendiri, belum lagi untuk ibu yang bekerja di luar. Hal itu kadang membuat bingung, mana yang harus lebih dulu dikerjakan. Tak bisa dipungkiri, dalam perjalanannya bisa memunculkan emosi negatif. Karena itu, butuh manajemen waktu, manajemen diri dan manajemen emosi yang baik. Untuk mencapainya perlu proses.

Sumber gambar : 
https://www.instagram.com/p/Bj9K0OJn9Fh/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1lcva9bc2xbec

Lalu apa kaitannya dengan "melepas"?

Masalah internal yang sering di hadapi seorang ibu adalah emosi negatif yang dampaknya bisa menjadi besar kalau tidak tertangani. Pertama, seorang ibu harus bisa menyadari kehadiran emosi negatif. Kedua, dikenali penyebabnya. Ketiga, diselesaikan jangan sampai terlampiaskan ke anak atau lingkungan.

Emosi negatif bisa hadir kapanpun. Penyebabnya macam-macam antara lain keinginan menjadi ibu yang sempurna, lelah, adanya inner child negatif yang belum selesai, tidak ada penyaluran emosi, ekspektasi yang tinggi terhadap suami, suami tidak kooperatif, kecewa karena kenyataan tak sesuai harapan, dll.

Sekiranya emosi negatif itu hadir maka tarik nafas panjang, terima dan rasakan emosi itu jangan di tolak karena semua rasa (positif dan negatif) itu ingin dirasakan, begitu penjelasan Mom Admila selaku narasumber. Selanjutnya adalah mengontrol rasa agar pikiran dan perilaku juga terkontrol. Rasakan sampai diri ini menerima adanya emosi negatif itu dalam diri. Setelah dirasa cukup, kemudian lepaskan. Nah disinilah kuncinya, yaitu melepaskan rasa. Hal ini tidak selalu mudah dan perlu dilatih berulang-ulang. Sampai suatu saat akan mencapai titik ikhlas. Titik penerimaan diri yang membuat nyaman.

Jadi, sebagai seorang ibu harus bisa menyelesaikan masalah internal dalam dirinya dulu sebagai bentuk mengenali diri, menerimanya dan kemudian tahap selanjutnya bisa mencintai dirinya sendiri. Kalau sudah begitu, seorang ibu akan bahagia dan menjalani hari dengan penuh cinta. Dan itulah "emphatic love". Akhirnya jika seorang ibu merasakan hidup penuh cinta maka orang sekitarnya pun turut merasakan cinta. Berjuta-juta kebaikanpun akan hadir.

Mungkin bahasa sederhananya adalah  "semeleh" kalau orang Jawa bilang, atau tidak "kemrungsung". Berencana boleh dan harus, tapi juga diimbangi dengan memikirkan resiko terburuknya, sehingga tidak ada rasa kecewa yang bisa menimbulkan emosi negatif jika tak sesuai harapan.

Selain hal diatas ada pembahasan lain di kulwap Momistudy #8 terutama pada sesi diskusi. Selengkapnya bisa baca resumenya di sini.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Terutama untuk saya pribadi. Terimakasih Momikologi untuk kulwapnya, saya merasa tercerahkan, tinggal prakteknya, semoga Allah mudahkan. Begitu juga untuk semua ibu, semoga selalu bahagia, karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. 











Senin, 20 Agustus 2018

#modyarhood : Mainan Anak Tak Perlu Muluk

Akhirnya proyek #modyarhood dari mbk Puty dan mbak Okke nongol lagi. Kali ini temanya tentang seputar mainan anak.

Dream Playroom
Sumber gambar :  http://pinterest.com/pin/595460381955606879/?source_app=android

Layaknya ibu baru beranak satu pada umumnya, bayangan saya tentang mainan anak terlalu sempurna diawal. Sejak hamil sudah searching di Instagram. Dari yang saya lihat, banyak postingan ibu-ibu yang keren saat bermain dengan anaknya, juga keren ragam mainannya. Ada mainan berbasis Montessori, mainan yang melatih sensor motorik kasar halus, busy book, busy board, flash card, dsb. Pokoknya saya terpukau. Sebagai seorang crafter tentu saja saya bersemangat untuk membuat mainan sendiri, karena lebih murah dibandingkan beli, bahan-bahan juga sudah tersedia di rumah dan yang terpenting adalah tidak menyesal terlalu dalam kalau anak terlihat tidak tertarik.

Berikut mainan Mufa yang saya buat sendiri : 
1. Soft toys (boneka dari kain)
Saya membuatnya saat masih hamil. Ada boneka bentuk gajah, ayam, bunga. Untuk boneka kucing, ikan dan kura-kura saya buat saat Mufa sudah lahir. Alhamdulillah respon Mufa dengan mainan ini lumayan bermanfaat, bisa dipegang-pegang dan dipandang-pandang. Seneng rasanya, walau tak lama tapi paling tidak bisa dipakai.

Boneka kain
Sumber gambar : foto pribadi

2. Soft cube/kubus dan bola sensory
Seperti boneka kain, bedanya di bentuk dan tekstur kainnya. Kubus dan bola sensory ini saya buat dengan tekstur kain berbeda-beda dengan hiasan yang berbeda juga dan di dalamnya saya beri lonceng sehingga bisa berbunyi gemerincing. Selain itu di sudutnya ada tali dari pita dan elastic yang bisa ditarik-tarik. Alhamdulillah direspon baik oleh Mufa walau sebentar.

Soft cube
Sumber gambar : foto pribadi

Bola sensory
Sumber gambar : foto pribadi

3. Busy book
Dengan semangat 45 saya juga membuat busy book setelah ngobrol dengan seorang teman. Kurang lebih berisi tentang hujan, memetik buah dan memasukkan ke keranjang, mencocokkan warna bunga, menalikan sepatu, dan mencocokkan bentuk. Kalau ini yang memainkan malah sepupunya Mufa yang saat itu berusia 2 tahunan. Hmm...emak terlalu bersemangat. Baru saat usia Mufa setahun, dia tertarik memainkannya.

Busy book
Sumber gambar : foto pribadi

4. Flash card
Flash card ini semacam kartu yang terbuat dari kertas dengan berbagai macam tema. Saya terinspirasi dari Pinterest. Ada flash card tentang abjad, angka, warna, ekspresi, cuaca, bilangan, sayuran, hewan. Sampai sekarang Mufa  belum tertarik. Lagi-lagi sabar buk...

Flash card
Sumber gambar : foto pribadi

5. Akuarium kardus
Terinspirasi dengan tutorial dari mbak Puwi Idekuhandmade dan kardus yang teronggok di sudut ruang. Respon awal cuma dilihat dan dilewati saja. Rasanya pengen bilang, Nak penuh perjuangan lho ibu bikinnya, ngecat pakai akrilik pula. Selanjutnya sengaja saya taruh dilantai dan beberapa hari kemudian akhirnya disentuh juga oleh Mufa. Ditarik-tarik sampai ikannya lepas dan sekarang akuarium kardusnya sudah dibuang, tersisa ikan-ikan dan rumput lautnya saja.

Akuarium kardus
Sumber gambar : foto pribadi

Selain membuat mainan sendiri, ada juga beberapa mainan yang saya beli seperti bola warna warni untuk melatih motorik dan mengenal warna. Sempat tertarik dengan water beads, pasir kinetik, dan play dough, tapi nanti sajalah, Mufa masih sering memasukkan apa saja ke mulut.

Kini diusianya yang 13 bulan, Mufa lebih suka bermain apa yang ada di rumah dan belajar jalan. Seperti saat saya memasak di dapur, dia selalu minta diambilkan panci, gelas plastik, sendok, toples plastik, dll. Lalu mengikuti kebiasaan ibunya di dapur. Semacam main masak-masakan, bikin teh, masak sayur, diaduk-aduk pakai sendok lalu menyuapi ibunya. Bikin saya senyum-senyum sendiri kalau begini. Tapi jadilah dapur berantakan, semua isi laci dapur keluar semua, panci-panci juga turun ke lantai. Tak apalah, semoga besok pintar masak ya nak. Akhirnya sayapun membelikan Mufa mainan masak-masakan, berharap tidak minta diambilkan barang yang berbahaya di dapur. Tapi pada kenyataannya, dia lebih tertarik panci yang asli. Hahaha...

Selain itu, Mufa juga suka buka tutup gelas atau botol kosong dan memasukkan benda ke kotak kecil bekas telon. Imajinasi saya dia bisa main Lego kelak. Entah ketinggian atau tidak, ada rencana untuk membelikannya Lego suatu saat. Kalau ini dilatarbelakangi Om nya Mufa yang dulu saat TK sudah lihai main Lego, bisa ngikutin tutorial bentuknya dan bisa membuat bentuk sesuai imajinasinya. Ini sering membuat saya terpukau. Sekarang saat dia SD sudah bisa bikin sketsa rumah 3 dimensi di aplikasi (lupa saya namanya). Dalam bayangan saya anak yang seperti ini cerdas. Eh...tapi Mufa belum tentu berpotensi sama sih. Nah... ini contoh pemikiran ibu yang terlalu muluk.

Kalau Mufa main di luar dapur, lain lagi ceritanya. Pada intinya si anak lebih tertarik mengeksplore yang asli karena biasa dikerjakan oleh orang tuanya sehari-hari. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi orang tua untuk memberikan contoh yang baik. Selain itu yang paling penting adalah diawasi, jangan sampai menyentuh yang berbahaya. Tapi mainan juga perlu terutama yang sifatnya edukatif, yang melatih daya imajinasinya dan punya nilai pembelajaran. Dari mainan dan bermain, orang tua bisa melihat bakat si anak dan selanjutnya bisa mengarahkannya.

Perjalanan Mufa dengan mainan masih panjang, namun ada beberapa hal yang menjadi catatan saya tentang pola bermain anak, yaitu :
1. Cepat bosan dengan mainan, bukan berarti dia tidak tertarik, tapi mungkin ada hal yang lebih menarik dan suatu saat mainan itu akan dia mainkannya.

2. Jangan berharap banyak tentang mainan, tak ada salahnya membelikan mainan atau membuat sendiri, tapi harus siap kalau ternyata dia tidak langsung memainkannya.

3.  Ikut saja keinginannya bermain apa asal positif dan tidak berbahaya.

4. Temani dengan aktif, awasi saat bermain dan masukkan pembelajaran saat bermain.

5. Pintar-pintar memilih mainan yang sesuai dengan usia anak dan ada value nya.

6. Siapkan fisik dan mental untuk membereskan rumah setiap hari. Agar terasa ringan, tanamkan dipikiran bahwa sekarang anak bisa membuat rumah berantakan, suatu saat pasti dia bisa merapikan.

Sekian cerita saya seputar mainan anak. Tak perlu muluk-muluk membayangkan indahnya bermain dengan anak, karena kenyataan tak selalu begitu. Tiap anak punya potensinya masing-masing. Yang penting adalah jadilah teman mainnya sepenuh hati yang tak pernah bosan bersamanya. Nah ini catatan untuk saya pribadi juga yang sampai sekarang masih berusaha untuk bisa sepenuh hati, mengurangi ngomel yang tak perlu, dan berusaha menjelaskan di balik kata "jangan".

Selamat bermain dengan anak tercinta, ibu-ibu.

Kamis, 16 Agustus 2018

Natsbee Honey Lemon : Oase di tengah Padatnya Aktivitas

Sebagai ibu rumah tangga yang ikut suami hijrah ke sekitaran Jakarta, mau tak mau saya pun turut merasakan hiruk pikuk dan padatnya ritme kehidupan ibukota. Suasana pemukiman yang padat, jalanan yang penuh kendaraan, aktivitas kehidupan yang seakan serba kejar-kejaran, semuanya terasa menguras energi. Di kota ini bukan tentang berapa kilometer sebagai tolak ukur, tapi berapa jam waktu yang dibutuhkan untuk sampai tujuan yang artinya menunjukkan seberapa parah tingkat kemacetan. Tentunya ini erat kaitannya dengan kualitas udara yg dihirup.

Bekerja di ibukota menuntut konsentrasi tinggi dan fisik yang prima. Itulah yang saya lihat sehari-hari dari aktivitas pekerjaan suami. Berangkat sebelum subuh, pulang setelah Maghrib rasanya sudah menjadi hal biasa sekarang. Tubuh secara tidak langsung dituntut untuk fit di pekerjaan dan fit di perjalanan.

Perjalanan menuju tempat kerja menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Diantaranya jam berapa harus berangkat  agar tidak "kemrungsung" di jalan, mencari rute yang minim kemacetan dan naik transportasi apa. Kenapa hal itu perlu dipertimbangkan? Tentunya agar tidak stress di jalan dan meminimalkan tubuh terpapar polusi karena seiring berjalannya waktu efek "toxic" dari polusi akan dirasakan tubuh.

Kesehatan tubuh adalah investasi paling berharga untuk masa depan. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh agar selalu prima dan tidak mudah sakit, antara lain:
1. Cukupi kebutuhan cairan tubuh
2. Konsumsi makanan yang bergizi
3. Tidur cukup
4. Cukupi kebutuhan vitamin
5. Rajin berolah raga
6. Hindari gaya hidup tak sehat

Menyediakan asupan makanan yang bergizi dan seimbang selalu saya usahakan. Begitu juga menyediakan buah-buahan yang kaya vitamin, madu dan kurma. Suami saya sering mengkonsumsi madu, apalagi saat dirasa alarm tubuh mulai berbunyi. Kalau saya pribadi suka membuat minuman lemon madu jika dirasa tubuh mulai agak tak enak.

Seperti kita ketahui, lemon mengandung vitamin C yang tinggi. Manfaat vitamin C sendiri sebagai salah satu anti oksidan yang mampu menangkal radikal bebas dan meningkatkan daya tahan tubuh. Madu juga kaya akan manfaat bagi tubuh antara lain meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit karena bersifat antibakteri, antivirus dan antijamur juga membantu mengeluarkan racun tubuh terutama, terutama di bagian sistem pencernaan.

Sumber gambar : foto pribadi

Nah perpaduan ciamik antara madu dan lemon kini bisa ditemukan di NATSBEE Honey Lemon, minuman rasa madu dan lemon. Setelah saya coba, rasanya pas sekali. Manisnya sedang dan tidak membuat serak di tenggorokan. Yang terpenting adalah kandungan madu dan lemonnya yang bermanfaat untuk tubuh.

Sumber gambar : foto pribadi

NATSBEE Honey Lemon sangat praktis sebagai bekal suami saat bekerja. Bisa diminum saat di perjalanan ataupun disela rutinitasnya di kantor. Minuman menyegarkan bak oase di tengah padatnya aktivitas dan mampu menghadirkan realitas asik tanpa toxic serta mampu bersihkan hari aktifnya.

Selain itu, kesegaran NATSBEE Honey Lemon ini perlu diragukan. Apalagi di siang hari yang panas. Disela aktivitas saya sebagai ibu rumah tangga dengan pekerjaan rumah yang tak ada habisnya, minum Natsbee Honey Lemon bisa menyegarkan pikiran dan kembali bersemangat.

Segarnya NATSBEE Honey Lemon dingin
Sumber gambar : foto pribadi

Satu hal yang membuat ibu rumah tangga bahagia adalah saat mampu menyediakan asupan makanan dan minuman yang bermanfaat dan berkualitas untuk keluarga.

Terimakasih NATSBEE Honey Lemon.

https://m.facebook.com/POKKA.ID

Minggu, 05 Agustus 2018

Tantangan di Awal Menyusui

Sumber gambar : Instagram @shelley_illustration

Sebagai ibu yang masih menyusui, saya baru tahu kalau tanggal 1-7 Agustus 2018 ini diperingati sebagai World Breastfeeding Week dengan slogan Life Foundation. Mumpung masih berada di tanggal tersebut saya ingin berbagi sedikit pengalaman di awal menyusui Mufa.


Alhamdulillah setelah Mufa lahir ASI saya melimpah ruah sampai "ngrangkaki" kalau orang Jawa bilang. Tetapi hal tersebut tidak langsung diimbangi dengan kelancaran dalam menyusui secara langsung. Saya duga karena faktor bentuk puting.

Masih teringat hari-hari pertamanya di dunia, Mufa tidak langsung lancar menyusu. Bahkan untuk kolostrum saya berikan dengan sendok, begitu pula dengan ASI. Sayapun bingung kenapa, namun hal itu tak lantas membuat saya menyerah, saya coba terus untuk direct breastfeeding. Tapi tampaknya dia kurang puas. Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk pumping, menyetok ASI, dan yang paling berat bagi saya adalah memberikannya melalui dot. Kadang saya merasa sedih, saya merasa kalah dengan dot.

Hari-haripun saya lalui dengan seluk beluk dunia per-pumping-an yang kadang terasa melelahkan, seraya berdoa dan terus mencoba agar Mufa bisa direct breastfeeding. Terbayang beratnya kalau harus pumping selama 2 tahun. Saat itu, tantangan dari luar begitu terasa. Masih dalam kondisi hiruk-pikuk orang-orang yang turut berbahagia atas kelahiran Mufa, ditambah komentar-komentar dari yang sekedar penasaran sampai cibiran akan adanya dot di kamar Mufa. Mungkin sudah umum ya  kalau dot itu isinya susu formula. Yah..sudahlah anggap saja itu angin lalu, yang penting saya punya komitmen untuk meng-ASI-hi Mufa sampai 2 tahun insyaAllah. Belum lagi ada yang komentar kalau bentuk putingnya saja begitu gimana anak bisa menyusu... subhanallah... rasanya pengen bilang ke Allah kalau ada hamba-Mu yang meremehkan ciptaan-Mu Ya Rabb. Sedih.

Namun Allah Maha Segalanya, alhamdulillah di usianya yang ke 2 bulan, Mufa sudah bisa menyusu secara langsung dan tidak mengalami bingung puting. Bahagia tak terkira. Anggapan bentuk puting dapat menghambat proses menyusu terbantahkan sudah dengan kenyataan. Dan saya pun baru faham ilmunya setelah membaca artikel mbak Nabila yang berjudul Bentuk Payudara, Puting dan Keberhasilan MenyusuiDi sana dijelaskan secara gamblang bahwa bukan bentuk puting maupun payudara yang mempengaruhi keberhasilan menyusui tapi pelekatan salah satunya.

Sayapun jadi flashback dan teringat, memang benar tentang pelekatan dan hal itu butuh waktu. Seorang ibu baru membutuhkan waktu berdua dengan bayinya agar bisa beradaptasi, namun kadang hal ini terganggu dengan banyaknya tamu yang datang menjenguk atau hal-hal lainnya. Benarlah jika harus ada etika saat menjenguk bayi baru lahir. Ini menjadi catatan untuk saya pribadi. Selain itu juga karena saya kurang ilmu tentang menyusui saat itu.

Dari apa yang saya alami, saya rasa ada dua tantangan di awal menyusui :
1. Faktor internal
Kesiapan mental dan fisik ibu. Kesiapan mental disini lebih ditekankan pada rasa percaya diri bahwa si ibu harus punya keyakinan bisa menyusui anaknya dan ASInya cukup. Kesiapan fisik antara lain kondisi payudara ibu yang bisa dirawat sebelum melahirkan.

2. Faktor eksternal
Ini sangat mempengaruhi terutama orang-orang di sekitar si ibu dan bayi. Tentu mereka punya pendapat masing-masing, jadi si ibu harus punya komitmen dan keyakinan kuat untuk meng-ASI-hi bayinya dan harus bisa menyaring setiap pendapat orang yang didengar.

Lalu bagaimana agar bisa menghadapi tantangan tersebut?
1. Cari ilmu sebanyak-banyaknya tentang ASI dan menyusui jauh-jauh hari, kalau perlu tanya ke ahlinya

2. Harus yakin bahwa ASI nya cukup dan bisa meng-ASI-hi

3. Komunikasikan ke orang-orang terdekat tentang komitmen untuk meng-ASI-hi dan minta dukungan mereka

4. Merawat payudara sebelum melahirkan, ini bisa ditanyakan ke ahlinya atau sebagai gambaran bisa dibaca di sini

5. Abaikan omongan orang yang tidak perlu

6. Utamakan waktu berdua dengan bayi sesering mungkin dalam artian kalau ada tamu berkunjung ya ditemui sewajarnya

7. Jangan pernah menyerah untuk bisa menyusui dan meng-ASI-hi

Sumber gambar : Pinterest

ASI adalah anugerah dari Allah yang sangat istimewa, tak hanya aliran nutrisi terbaik tapi juga aliran cinta dan kasih sayang seorang ibu ke anak, yang kelak menjadi pondasi kehidupan (Life Foundation) bagi si anak. Jadi sebagai rasa syukur seharusnya para ibu bisa memberikan ASI kepada anak-anak mereka. Bahkan hal itu di sebutkan oleh Allah dalam Al-Quran.

Allah SWT berfirman:
وَالْوَالِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ   ۗ  وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ۗ  لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَا  ۚ  لَا تُضَآرَّ وَالِدَةٌ  ۢ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذٰ لِكَ  ۚ  فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا  ۗ  وَاِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْٓا اَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اٰتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوْفِ ۗ  وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

"Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 233)

Nah...tak ada alasan untuk tidak menyusui kan?
Happy World Breastfeeding Week
Semangat menyusui ibu-ibu...

Rutin Mencatat Pengeluaran yuk

Dalam pengelolaan keuangan ada hal paling sederhan tapi kadang tidak dilakukan karena tidak sempat atau terlalu ribet atau malas yaitu menc...