Senin, 20 Agustus 2018

#modyarhood : Mainan Anak Tak Perlu Muluk

Akhirnya proyek #modyarhood dari mbk Puty dan mbak Okke nongol lagi. Kali ini temanya tentang seputar mainan anak.

Dream Playroom
Sumber gambar :  http://pinterest.com/pin/595460381955606879/?source_app=android

Layaknya ibu baru beranak satu pada umumnya, bayangan saya tentang mainan anak terlalu sempurna diawal. Sejak hamil sudah searching di Instagram. Dari yang saya lihat, banyak postingan ibu-ibu yang keren saat bermain dengan anaknya, juga keren ragam mainannya. Ada mainan berbasis Montessori, mainan yang melatih sensor motorik kasar halus, busy book, busy board, flash card, dsb. Pokoknya saya terpukau. Sebagai seorang crafter tentu saja saya bersemangat untuk membuat mainan sendiri, karena lebih murah dibandingkan beli, bahan-bahan juga sudah tersedia di rumah dan yang terpenting adalah tidak menyesal terlalu dalam kalau anak terlihat tidak tertarik.

Berikut mainan Mufa yang saya buat sendiri : 
1. Soft toys (boneka dari kain)
Saya membuatnya saat masih hamil. Ada boneka bentuk gajah, ayam, bunga. Untuk boneka kucing, ikan dan kura-kura saya buat saat Mufa sudah lahir. Alhamdulillah respon Mufa dengan mainan ini lumayan bermanfaat, bisa dipegang-pegang dan dipandang-pandang. Seneng rasanya, walau tak lama tapi paling tidak bisa dipakai.

Boneka kain
Sumber gambar : foto pribadi

2. Soft cube/kubus dan bola sensory
Seperti boneka kain, bedanya di bentuk dan tekstur kainnya. Kubus dan bola sensory ini saya buat dengan tekstur kain berbeda-beda dengan hiasan yang berbeda juga dan di dalamnya saya beri lonceng sehingga bisa berbunyi gemerincing. Selain itu di sudutnya ada tali dari pita dan elastic yang bisa ditarik-tarik. Alhamdulillah direspon baik oleh Mufa walau sebentar.

Soft cube
Sumber gambar : foto pribadi

Bola sensory
Sumber gambar : foto pribadi

3. Busy book
Dengan semangat 45 saya juga membuat busy book setelah ngobrol dengan seorang teman. Kurang lebih berisi tentang hujan, memetik buah dan memasukkan ke keranjang, mencocokkan warna bunga, menalikan sepatu, dan mencocokkan bentuk. Kalau ini yang memainkan malah sepupunya Mufa yang saat itu berusia 2 tahunan. Hmm...emak terlalu bersemangat. Baru saat usia Mufa setahun, dia tertarik memainkannya.

Busy book
Sumber gambar : foto pribadi

4. Flash card
Flash card ini semacam kartu yang terbuat dari kertas dengan berbagai macam tema. Saya terinspirasi dari Pinterest. Ada flash card tentang abjad, angka, warna, ekspresi, cuaca, bilangan, sayuran, hewan. Sampai sekarang Mufa  belum tertarik. Lagi-lagi sabar buk...

Flash card
Sumber gambar : foto pribadi

5. Akuarium kardus
Terinspirasi dengan tutorial dari mbak Puwi Idekuhandmade dan kardus yang teronggok di sudut ruang. Respon awal cuma dilihat dan dilewati saja. Rasanya pengen bilang, Nak penuh perjuangan lho ibu bikinnya, ngecat pakai akrilik pula. Selanjutnya sengaja saya taruh dilantai dan beberapa hari kemudian akhirnya disentuh juga oleh Mufa. Ditarik-tarik sampai ikannya lepas dan sekarang akuarium kardusnya sudah dibuang, tersisa ikan-ikan dan rumput lautnya saja.

Akuarium kardus
Sumber gambar : foto pribadi

Selain membuat mainan sendiri, ada juga beberapa mainan yang saya beli seperti bola warna warni untuk melatih motorik dan mengenal warna. Sempat tertarik dengan water beads, pasir kinetik, dan play dough, tapi nanti sajalah, Mufa masih sering memasukkan apa saja ke mulut.

Kini diusianya yang 13 bulan, Mufa lebih suka bermain apa yang ada di rumah dan belajar jalan. Seperti saat saya memasak di dapur, dia selalu minta diambilkan panci, gelas plastik, sendok, toples plastik, dll. Lalu mengikuti kebiasaan ibunya di dapur. Semacam main masak-masakan, bikin teh, masak sayur, diaduk-aduk pakai sendok lalu menyuapi ibunya. Bikin saya senyum-senyum sendiri kalau begini. Tapi jadilah dapur berantakan, semua isi laci dapur keluar semua, panci-panci juga turun ke lantai. Tak apalah, semoga besok pintar masak ya nak. Akhirnya sayapun membelikan Mufa mainan masak-masakan, berharap tidak minta diambilkan barang yang berbahaya di dapur. Tapi pada kenyataannya, dia lebih tertarik panci yang asli. Hahaha...

Selain itu, Mufa juga suka buka tutup gelas atau botol kosong dan memasukkan benda ke kotak kecil bekas telon. Imajinasi saya dia bisa main Lego kelak. Entah ketinggian atau tidak, ada rencana untuk membelikannya Lego suatu saat. Kalau ini dilatarbelakangi Om nya Mufa yang dulu saat TK sudah lihai main Lego, bisa ngikutin tutorial bentuknya dan bisa membuat bentuk sesuai imajinasinya. Ini sering membuat saya terpukau. Sekarang saat dia SD sudah bisa bikin sketsa rumah 3 dimensi di aplikasi (lupa saya namanya). Dalam bayangan saya anak yang seperti ini cerdas. Eh...tapi Mufa belum tentu berpotensi sama sih. Nah... ini contoh pemikiran ibu yang terlalu muluk.

Kalau Mufa main di luar dapur, lain lagi ceritanya. Pada intinya si anak lebih tertarik mengeksplore yang asli karena biasa dikerjakan oleh orang tuanya sehari-hari. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi orang tua untuk memberikan contoh yang baik. Selain itu yang paling penting adalah diawasi, jangan sampai menyentuh yang berbahaya. Tapi mainan juga perlu terutama yang sifatnya edukatif, yang melatih daya imajinasinya dan punya nilai pembelajaran. Dari mainan dan bermain, orang tua bisa melihat bakat si anak dan selanjutnya bisa mengarahkannya.

Perjalanan Mufa dengan mainan masih panjang, namun ada beberapa hal yang menjadi catatan saya tentang pola bermain anak, yaitu :
1. Cepat bosan dengan mainan, bukan berarti dia tidak tertarik, tapi mungkin ada hal yang lebih menarik dan suatu saat mainan itu akan dia mainkannya.

2. Jangan berharap banyak tentang mainan, tak ada salahnya membelikan mainan atau membuat sendiri, tapi harus siap kalau ternyata dia tidak langsung memainkannya.

3.  Ikut saja keinginannya bermain apa asal positif dan tidak berbahaya.

4. Temani dengan aktif, awasi saat bermain dan masukkan pembelajaran saat bermain.

5. Pintar-pintar memilih mainan yang sesuai dengan usia anak dan ada value nya.

6. Siapkan fisik dan mental untuk membereskan rumah setiap hari. Agar terasa ringan, tanamkan dipikiran bahwa sekarang anak bisa membuat rumah berantakan, suatu saat pasti dia bisa merapikan.

Sekian cerita saya seputar mainan anak. Tak perlu muluk-muluk membayangkan indahnya bermain dengan anak, karena kenyataan tak selalu begitu. Tiap anak punya potensinya masing-masing. Yang penting adalah jadilah teman mainnya sepenuh hati yang tak pernah bosan bersamanya. Nah ini catatan untuk saya pribadi juga yang sampai sekarang masih berusaha untuk bisa sepenuh hati, mengurangi ngomel yang tak perlu, dan berusaha menjelaskan di balik kata "jangan".

Selamat bermain dengan anak tercinta, ibu-ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rutin Mencatat Pengeluaran yuk

Dalam pengelolaan keuangan ada hal paling sederhan tapi kadang tidak dilakukan karena tidak sempat atau terlalu ribet atau malas yaitu menc...