Sabtu, 06 Oktober 2018

Her First Flight

Pilihan naik pesawat untuk ke Jogja atau sebaliknya sebenarnya sudah ada di benak saya. Alasannya adalah karena ada si kecil dan pengalaman menggunakan transportasi darat memakan waktu lebih lama dan benar-benar menguras tenaga saya dan suami. Rasanya butuh waktu seharian untuk memulihkan kondisi badan dan menawar rasa kantuk yang teramat sangat karena harus siaga menjaga si kecil selama di perjalanan.

Sumber gambar : bhttp://pinterest.com/pin/Ad0yek3hOGzwYJN9kd-rwCl2fFt8MMQO9OS-7s_lS3Gej8qBNddCVmM/?source_app=android

Alhamdulillah pulang ke Jogja kali ini diberi kesempatan dan rezeki untuk naik pesawat. Pertimbangannya antara lain karena mendadak serta ada beberapa hal yang harus diurus segera. Sehingga butuh fisik yang prima dan tidak membuang waktu. Setelah cek tiket, saya usul ke suami untuk naik pesawat saja, toh waktu yang suami punya juga sebentar sekali untuk mengurus ini itu, suami harus segera kembali untuk bekerja. Alhamdulillah disetujui. Selisih 100-200 ribu rupiah dari tiket transportasi darat ternyaman rasanya juga tak ada ruginya. Badan tidak capek, waktu perjalanan yang jauh lebih singkat dan si kecil yang nyaman merupakan nikmat tak terhingga.

Layaknya ibu pada umumnya, saya pasti memikirkan banyak hal untuk perjalanan, antara lain :
1. Spare waktu dari rumah ke bandara
Sebenarnya suami yang lebih paham. Kami berangkat dari rumah 3 jam sebelum waktu keberangkatan. Pertimbangannya dari Bekasi ke Bandara Halim Perdanakusuma di hari Sabtu pasti macet. Dan memang benar, lewat tol saat itu macet.


2. Sounding ke si kecil
Karena ini pertama kalinya dia naik pesawat, saya pun harus menceritakan padanya kalau akan naik pesawat.


3. Bekal perjalanan si kecil
Jangan lupa air putih, camilan, roti, pospak, pakaian ganti. Pakai pakaian yang nyaman untuk menyusui atau sedia apron menyusui. Mainan yang disukai si kecil juga dibawa. Kenakan pakaian yang nyaman untuk si kecil. Saya pilih dress lengan panjang bahan katun karena Mufa tipe anak yang keringatnya banyak. Lengan panjang saya pilih sehingga tak perlu pakai jaket lagi.


4. Berapa tas yang akan di bawa
Sebenarnya tidak masalah sih, toh bisa masuk bagasi. Cuma kalau bisa efisien kenapa tidak. Yang pasti saat di pesawat, siapkan satu tas khusus untuk perlengkapan si kecil.


Mufa terlihat senang sekali saat menunggu boarding. Berceloteh tiada henti, tengak tengok kanan kiri dan bertepuk tangan. Alhamdulillah. Dia juga terlihat antusias melihat pesawat yang terparkir dari ruang tunggu.

Saat masuk pesawat, pramugari menanyakan berapa usianya dan sayapun tanya apa yang harus saya lakukan saat take off dan landing? Pramugari meminta saya untuk memeluknya saat take off dan landing nanti. Pramugari juga menanyakan apakah si kecil tetap saya gendong? Ya, posisi Mufa saya gendong pakai baby carrier. Walau begitu pramugari tetap memberikan sabuk tambahan.

Selama perjalanan, Mufa sangat antusias, berceloteh ria, mengetuk-ngetuk jendela pesawat, berdiri di pangkuan dan beberapa kali minta nenen. Yang pasti, sebagai ibu harus paham kondisi anak, tetap tenang, siapkan hati dan strategi jika anak rewel. 

Untuk pemilihan jadwal keberangkatan menurut saya lebih disesuaikan dengan waktu yang kami punya terutama jadwal suami dan harga tiket. Tidak berfokus pada waktu biasanya anak tidur. Karena Mufa tipe nya menyesuaikan lingkungan, jadi kalau lingkungan ramai dan baru, dia akan sulit tidur dan akan tertidur kalau memang sudah ngantuk berat. Rasa penasarannya akan hal baru cukup tinggi. Jadi ya percaya saja padanya dan yakin bismillah semua bisa dikondisikan hehe..


Sumber gambar : Foto pribadi

Perjalanan kurang lebih satu jam pun kami lewati dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Sampai rumah Jogja, malamnya pun kami bisa istirahat. Alhamdulillah, anak nyaman, ibu senang, ayah tenang, esok hari sudah segar kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rutin Mencatat Pengeluaran yuk

Dalam pengelolaan keuangan ada hal paling sederhan tapi kadang tidak dilakukan karena tidak sempat atau terlalu ribet atau malas yaitu menc...