Sumber gambar : https://pinterest.com/pin/481181541431326249/?source_app=android
"The Power of Melepas", dari judul sepertinya ini akan membahas tentang merelakan seseorang yang istimewa namun tak mungkin bersama.
Tapi bukan itu, disini saya akan sedikit berbagi tentang pengalaman saya mengikuti kuliah WhatsApp Momistudy #8 yang diadakan oleh Momikologi beberapa waktu lalu dengan judul Emphatic Love : Menerima dan Mencintai Diri Sendiri.
Momikologi merupakan online support system yang fokus mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan diri wanita, terutama istri, ibu, dan calon ibu. Selengkapnya tentang Momikologi bisa dibaca di sini ya.
Berikut sedikit gambaran tentang bagaimana keseharian seorang ibu yang hampir semua ibu pasti mengalaminya.
Sumber : diambil dari
https://www.instagram.com/p/BmLu5PSBTH1/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=19wjvgn4nthf7
Namun ada tapinya,
Sumber : diambil dari
https://www.instagram.com/p/BmLu5PSBTH1/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=19wjvgn4nthf7
Kalau sudah begitu ujungnya menyesal bukan?
Peran ibu memang banyak dan tak mudah. Melayani suami, melayani anak, mengurus seisi rumah, dan mencukupi kebutuhan dirinya sendiri, belum lagi untuk ibu yang bekerja di luar. Hal itu kadang membuat bingung, mana yang harus lebih dulu dikerjakan. Tak bisa dipungkiri, dalam perjalanannya bisa memunculkan emosi negatif. Karena itu, butuh manajemen waktu, manajemen diri dan manajemen emosi yang baik. Untuk mencapainya perlu proses.
Lalu apa kaitannya dengan "melepas"?
Peran ibu memang banyak dan tak mudah. Melayani suami, melayani anak, mengurus seisi rumah, dan mencukupi kebutuhan dirinya sendiri, belum lagi untuk ibu yang bekerja di luar. Hal itu kadang membuat bingung, mana yang harus lebih dulu dikerjakan. Tak bisa dipungkiri, dalam perjalanannya bisa memunculkan emosi negatif. Karena itu, butuh manajemen waktu, manajemen diri dan manajemen emosi yang baik. Untuk mencapainya perlu proses.
Sumber gambar :
https://www.instagram.com/p/Bj9K0OJn9Fh/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1lcva9bc2xbec
Lalu apa kaitannya dengan "melepas"?
Masalah internal yang sering di hadapi seorang ibu adalah emosi negatif yang dampaknya bisa menjadi besar kalau tidak tertangani. Pertama, seorang ibu harus bisa menyadari kehadiran emosi negatif. Kedua, dikenali penyebabnya. Ketiga, diselesaikan jangan sampai terlampiaskan ke anak atau lingkungan.
Emosi negatif bisa hadir kapanpun. Penyebabnya macam-macam antara lain keinginan menjadi ibu yang sempurna, lelah, adanya inner child negatif yang belum selesai, tidak ada penyaluran emosi, ekspektasi yang tinggi terhadap suami, suami tidak kooperatif, kecewa karena kenyataan tak sesuai harapan, dll.
Emosi negatif bisa hadir kapanpun. Penyebabnya macam-macam antara lain keinginan menjadi ibu yang sempurna, lelah, adanya inner child negatif yang belum selesai, tidak ada penyaluran emosi, ekspektasi yang tinggi terhadap suami, suami tidak kooperatif, kecewa karena kenyataan tak sesuai harapan, dll.
Sekiranya emosi negatif itu hadir maka tarik nafas panjang, terima dan rasakan emosi itu jangan di tolak karena semua rasa (positif dan negatif) itu ingin dirasakan, begitu penjelasan Mom Admila selaku narasumber. Selanjutnya adalah mengontrol rasa agar pikiran dan perilaku juga terkontrol. Rasakan sampai diri ini menerima adanya emosi negatif itu dalam diri. Setelah dirasa cukup, kemudian lepaskan. Nah disinilah kuncinya, yaitu melepaskan rasa. Hal ini tidak selalu mudah dan perlu dilatih berulang-ulang. Sampai suatu saat akan mencapai titik ikhlas. Titik penerimaan diri yang membuat nyaman.
Jadi, sebagai seorang ibu harus bisa menyelesaikan masalah internal dalam dirinya dulu sebagai bentuk mengenali diri, menerimanya dan kemudian tahap selanjutnya bisa mencintai dirinya sendiri. Kalau sudah begitu, seorang ibu akan bahagia dan menjalani hari dengan penuh cinta. Dan itulah "emphatic love". Akhirnya jika seorang ibu merasakan hidup penuh cinta maka orang sekitarnya pun turut merasakan cinta. Berjuta-juta kebaikanpun akan hadir.
Mungkin bahasa sederhananya adalah "semeleh" kalau orang Jawa bilang, atau tidak "kemrungsung". Berencana boleh dan harus, tapi juga diimbangi dengan memikirkan resiko terburuknya, sehingga tidak ada rasa kecewa yang bisa menimbulkan emosi negatif jika tak sesuai harapan.
Selain hal diatas ada pembahasan lain di kulwap Momistudy #8 terutama pada sesi diskusi. Selengkapnya bisa baca resumenya di sini.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Terutama untuk saya pribadi. Terimakasih Momikologi untuk kulwapnya, saya merasa tercerahkan, tinggal prakteknya, semoga Allah mudahkan. Begitu juga untuk semua ibu, semoga selalu bahagia, karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.